BAGIAN SATU
BIOETIKA DI TENGAH JAMAN PLURALIS
(Ringkasan Diktat Kuliah Bioetika)
STFT Widya Sasana Malang
diringkas oleh: Werenvridus Sadan, S.S.
A. Perkembangan Sains
Memahami
bioetika perlu mengerti perkembangan sains, karena bioetika berkembang seiring
dengan perkembangan sains. Diawali
kekaguman pemikir memandang alam semesta ribuan tahun lalu, terutama ketika
mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan sehari2. Di
China muncul buku I Ching (700 SM)
buku ini menelaah dinamika antara yin-yang dan mempelajari kombinasi yang
terjadi dalam dinamika tersebut. Dimanika tersebut di gambarkan dalam heksagram. Buku tersebut mempengaruhi pemikiran
Confusius (551-479 SM) dalam menyusun Etika dan Lao Lzu (600/400 SM) dalam
menyusun filsafat alamnya. Di
Barat para filsuf Yunani seperti Heraklitos (500 SM) Pythagoras (570-495 SM),
Xenophanes (570-495) juga takjub pada perubahan alam yang terjadi. Ada juga
Aristoteles (384-322 SM) dengan karya-karyanya yang sangat menekankan ilmu2
alam.
Muncul juga
Hippocrates (460-370 SM) yang adalah bapa di bidang medis. Sekolah Hippocratik menghasil suatu corpus
hippocratium yang memuat teks perjanjian yg menjadi
wibawa dalam dunia medis. Dikenal sebagai sumpah Hipprokrates. Jika melihat isi
dari sumpah Hippokrates tersebut maka tampak bahwa muatan-muatan religius yang
menempatkan posisi dokter setara dengan raja atau imam. Suatu profesi yang
serius menuntut suatu moralitas yang serius pula. Perjanjian tersebut diawali
dengan menyebut nama2 ilahi dan diakhiri dgn berkat bagi para dokter yang
melaksanakan tugasnya dengan baik dan kutuk bagi yang melanggar perjanjian suci
tersebut.
Perkembangan
sains di barat masih terintegrasi dgn filsafat dan belum berdiri sendiri
sebagai disiplin ilmu. Hal itu terjadi sampai munculnya masa abad modern. Samir Okasha mencatat bahwa awal mula
sains modern terjadi dan berkembang pesat di Eropa antara tahun 1500-1750 yang
dikenal dengan revolusi sains. Bapa revolusi yang terkenal adalah Coopernikus
yg menawarkan terori baru dalam bidang kosmologi yaitu teori heliosentris yang
menandingi pandangan klasik geosentris. Hal itu membawa perdebatan besar antara
pandangan biblis geosentris dgn pandangan Coppernikus. Percepatan perubahan
tersebut disebut atau dikenal dengan revolusi Coppernican. Jejak
Koppernikus tersebut diikuti oleh Yohanes Kepler dan Gallileo Gallilei.
Galileolah yang memulai dunia baru dalan sains. Dia membuktikan bahwa matematika
bukanlah hal absatrak melainkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan
kehidupan sehari-hari. Maka dari sini
terbentuk dasar pernikahan matematika dengan dunia fisik yang melahirkan
fisika. Sumbangan lain Galileo adalah ia menekankan perlunya untuk menguji atau
memverifikasi auatu hipotesa dengan eksperimen. Mulailah sebuah mentalitas baru
dalam dunia sains yakni mencoba mengukur realitas, terjadilah lompatan besar
dari persepsi kualitatif menuju kuantitatif atas alam semesta. Oleh sebab itu
segala hal harus dapat diukur dan diverifikasi maka hal itu dapat dikatakan
sebagai ilmiah.
1.
Ilmu Fisika dan Kimia
Perkembangan sains modern dimulai dengan
bidang fisika:
a.
Rene Descartes yang memperkenalkan filsafat mekanikal
Pandangannya:
alam semesta terdiri dari partikel2 kecil yang saling berinteraksi dan
bertumbukan satu sama lain. Dengan demikian ia menawarkan suatu dunia yang
mekanis. Dia mengembangkan metofe filsafati yang yang meragukan segalanya
sampai dicapai suatu kepastian ilmiah maka munculah “cogito ergo sum”.
Pandangan ini menimbulkan sikap untuk tidak mudah percaya sebelum data-data
empiris didapatkan dan logika deduksi diberlakukan.
b.
Revolusi sains mencapai puncaknya dalam karya Isaac Newton
Ia
mnyetujui terori Descart dan meneliti lebih dalam lagi apa yang terjadi dalam
pertikel2 kecil yang saling berinteraksi tersebut. Newton akhirnya menemukan
gaya Grafitasi yang sangat berpengaruh dalam dunia sains. Ia
mencoba mengukur dinamika grafitasi dengan perhitungan matematis yg sangat
teliti. Maka lahirlah teknik matematis yang disebut teknik kalkulus
c.
Pada awal abad 20 teori Newton diguncang oleh teori Realitivas
Einstein.
Ia percaya
bahwa segala sesuatu dalam alam semesta dapat dijelaskan dengan matematika
elegan, asalkan kita dapat memecahkan teka-tekinya. Hal itu diungkapkan dalam
“God never plays dice”. Itu artinya semua dalam alam semesta
dapat diprediksi dengan tepat. Teori Relativitasnya menyanggah mekanika newtonian
jika diterapkan pada benda yang berukuran raksasa dan bergerak dengan kecepatan
tinggi. Teori Newton dan Einstein merupakan dua teori yang radikal dan aneh,
tidak semua orang dapat memahami secara tuntas. Einstein sendiri pusing dengan
teorinya sendiri yang mencoba memahami pikiran Allah.
d.
Dunia fisika juga akhirnya mengalami kemajuan
John
Dalton (1893) yang mengemukakan teori bahwa seluruh alam semesta terdiri dari
atom yang sangat kecil dan tak dapat dibelah. Ia dipengaruhi pandangan
filosofis yunani kuno atomos. Eugene
Goldstein (1885) menemukan partikel-partikel positif dari atom dan disusul oleh
J.J. Thompson (1897) yang menemukan adanya elektron yang bermuatan negatif. Ernes Routerford (1911) menemukan bahwa
atom sebagian besar terseusundari ruang hampa yang tenganya terdapat nukleus
yang bermuatan positif dan penuh dengan proton, dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif dan bergerak sangat cepat. Maka
dengan begitu penemuan2 dibidang atomis dimulai.
2.
Biologi dan kedokteran
Di dunia biologi
muncul Charles Darwin. Pelayarannya menuju pulau Galapagos dan beberapa tempat menyadarkan dia bahwa
banyak fariasi spesies hewan. Hal itu membawa dia sapai pada spekulasi tentang
pohon kehidupan. Di mana semua mahluk hidup berasal dari akar yang sama dan
akhirnya bercabang membentuk anekaragam species. Darwin
kemudian mengajukan terori Evolusi. Teori dasarnya adalah survival of the
fittest, yaitu alam yang terus berubah selalu mempengaruhi perubahan setiap
individu. Inilah yang disebut dengan seleksi alam. Si lemah akan punah dan yang
kuat akan tetap hidup. Hal ini disebut sebagai adaptasi. Kemudian individu2
yang beradaptasi terebut berkembang dan menurunkan keturunannya. Di sinilah
letak mekanisme evolusi, dan proses tersebut berjalan selama ribuan tahun. Dalam The Origin of Species, Darwin mengambil
perkembangan embrio sebagai bukti bahwa manusia berasal dari species yang lebih
rendah.
Geoge Mendel pada
tahun 1865 seorang biarawan dari Austria memperkenalkan prinsip-prinsip
hereditas setelah melakukan berbagai percobaan dengan kacang-kacangan. Dia di
juluki sebagai bapa genetika. James
Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 memperkenalkan struktur DNA (deoxyribo
nucleid acid). Penemuan ini mempercepat laju perkembangan biologi mikro. Robert G. Edward dan Patrick Steptoe
menjadi pionir perkembangan teknologi reproduksi manusia dengan menemukan
teknik fertiisasi in vitro, yang secara populer dikenal dengan bayi tabung.
Kemajuan teknologi ini digunakan oelh jutaan orang untuk menangani kasus
ketidaksuburan mereka. Ian
Wilmut pada tahun 1997 menggunakan teknik Somatic cell nuklear transfer (SCNT)
untuk menghasilkan hewan yang sama persis dengan induknya.teknik ini disebut
juga kloning. Teknik inilah yang memicu perkemangan teknologi sel punca (stem
cell) yang menggunakan embrio, bahkan embrio manusia. Perkembangan
terakhir pada tahun 2003 adalah dirampungkannya Human Genome Project (GHP)
untuk merunut genom manusia.
3.
Sains dan ideologi
Ada perbedaan
antara sains awal dan sains modern. Sains awal mengagumi alam dan karenanya
mencari tahu apakah sesuatu itu dengan tujuan untuk dikontemplasikan seraya
memuaskan akal budi manusia. Sedangkan sains modern mencari tahu bagaimana
sesuatu bekerja denga tujuan unutk digunakan sebgai alat pemuas dan kenyamanan
bagi semua manusia. Hal inilah yang padagilirannya mempercepat laju budaya
teknologis yang memahami semua hanya sekedar secara mekanis, akhirnya semua itu
(sains dan teknologi modern) menyatu dalam kerangka ekonomi. Dari perkawinan
inilah sains modern, yang sudah tak terpisahkan dari teknologi membentuk
ideologi bahwa segala-galanya hanya bisa diselesaikan secara ilmiah. Akhirnya
kebenaran-kebenaran yang ditemukan oleh sains modern semua netral dari nilai,
menerapkan teknologi tanpa batas dan dengan sempurna teradaptasi di dalamnya. Budaya
teknologis yang beroikir mekanis ini merupakan menifestasi dari keinginan
manusia untuk memperoleh kebebasan total untuk menguasai dan membentuk ulang
dunia, bahkan mendefinisakn ulang makna menjadi manusia.
Dalam bidang
biologi, budaya baru ini membentuk ulang pemahaman-pemahaman pokok dan oleh
karenanya menyebabkan keterbatasan permanen biologi modern. Keterbatansan itu
adalah homogenisasi yang melihat bahwa tidak ada beda yang signifikan antara
material dan manusia. Tendensi analitis dan reduktif yang memandang bahwa
seluruh organisme hidup itu membingungkan dan terlalu sulit untuk ditelaah,
maka lebih mudahlah mempelajari bagian perbagian, dengan demikian tercapailah
bahwa manusia memiliki kontinuitas, kisah hidup, sejarah dan identitas sebgai
seorang manusia yang unik. Materialisme yang memahami dan menjelaskan struktur dan
aktivitas mahluk hidup melulu sebagai material sehingga memudahkan untuk
diobservasi dan diukur sebgai obyek eksperimen. Non teleologis, dalam pemikiran
ini mahluk hidup hanya dipandang sebagai mesin yang bergerak secara otomatis
tanpa tujuan
B. Munculnya Bioetika
Term bioetika
muncu l pertama kali karena interaksi antara dunia religius dengan dunia
sekular. Term yang digunakan sebelumnya adalah etika pastoral atau etika medis.
Van Renssealer Potter menyebut sebagai suatu disiplin ilmu baru yang
menggabungkan antara pengetahuan biologis dan pengetahuan tentang sistem nilai
manusiawi. Dalam visi Potter bioetika diharapakan dapat mengkritisai dan
memberikan rambu-rambu yang perlu atas perkembangan sains, karena menurutnya
dengan kemajuan sains dan teknologi keberlangsungan hidup umat manusia dapat
terancam. Andre Hellegers (Pendiri Kennedy
Institute of Ethics) menganggap bio etika sebagai maiuetika, yakni sebgai ilmu
yang mampu menyatukan nilai-nilai melalui dialog antara ilmu medis, filsafat
dan etika. Dia memperkenalkan bioetika sebagai suatu studi aspek2 etis dalam
praktek klinis, maka ia
memperkenalkan bioetika dalam dunia universitas.
1.
Etimologi
Bioetika berasal
dari 2 term yaitu bios (kehidupan) dan ethos (kebiasaan). Secara etimologis
artinya etika tentang kehidupan. Namun
kemudian menyempit dan bermakna sebagai aplikasi prinsip2 dan norma2 moral umum
pada isu2 etis yang menyangkut hidup manusia, termasuk pelayanan kesehatan,
praktik teurapist dalam obat-obatan dan psikologi, serta riset2 medis dan
biologis. Definisi D’Agostino dan Palazzani: studi
sistematis tingkah laku manusia di bidang ilmu tentang kehidupan dan ilmu
tentang pemeliharaan kesehatan dalam terang nilai2 dan prinsip2 moral.
Bioetika menjadi
jembatan antara ilmu alam (biologi/kedokteran) dan ilmu kemanusiaan (etika).
Etika yang merefleksikan tentang nilai-nilai yang membedakan antara baik dan
buruk dan tentang apa yang harus diperbuat oleh manusia untuk berbuat baik dan
menghindari yang jahat, lahir dengan perhatian yang sama dengan biologi yang
merefleksikan tentang manusia. Dialog
antara fakta biologis dan nilai2 etis dapat dihindari dalam bioetika biologi
bukan bebas nilai. Teknologi tanpa etika dapat membahayakan hidup manusia. Maka
dari itu bioetika dapat juga disebut sebagai ilmu untuk bertahan hidup.
2.
Dua metode pokok: deontologis dan teleologis
Pendekatan yagn
akan digunakan adalah pendekatan yang mencoba untuk tidak mengikuti distingsi
awam-religius namun menyatukan keduanya dalam perspektif yang lebih holistik.
Karena akal budi dan iman adalah hal penting yang tidak terpisahkan. Seperti
dalam Teologi Fundamental, dalam etika ada 2 metode yang saling betentangan
yaitu deontologi dan teleologis. Namun yg perlu dilakukan adalah melihat kedua
pendekatan tersebut sebagai metode yang saling melengkapi. Metode deontologis pendekatannya
memiliki lingkup yang lebih sempit dan bahaya jatuh dalam kasuistic. Sedangkan
metode teleologis menilai suatu perbuatan untuk menolak atau menerima tdk hanya
berdasarkan kodifikasi hukum tentang yang benar dan yang salah tapi dgn
menentukan apakah suatu perbuatan sungguh efektif atau tidak untuk mencapai
tujuan menjadi sungguh2 manusiawi dalam suatu konteks manusia. Untuk itu Etika
teleologis membuka diri pada etika yang berdasarkan pada keutamaan. Namun perlu tetap seimbang, tidak bisa
berat sebelah. Maka dari itu perlu mencermati pendapat Bohr.
Pendapat
Bohr:
1)
Bioetika memiliki jangkauan yang lebih
besar dari pada sekedar memperhatikan keputusan2 moral yg melingkupi prosedur2
yg bersangkut paut dengan kesehatan dan kehidupan seoran pasien.
2)
Etika medis terlalu kasuistik dalam
meneliti kelayakaan moral suatu tindandakan dan prosedur medis tertentu.
Tindakan ini hanya menyuburkan pemikiran yang perhatiannya hanya tertuju pada
menerapkan hukum dan peraturan pada kasus2 partikular. Ini akan menyebabkan
mudah terjatuh dalam moralisme atau legalisme.
3)
Norma dan aturan sangat penting namun
perlu diperhatikan maksud fundmentalnya dan dipahami dengan baik. Harus diingat
bahwa maksud dan tujuan dari norma dan aturan untuk mlindungi nilai2 manusiawi yang
menunjuk pada suatu visi yang menyeluruh akan kehidupan dan makna
tertingginya. Oleh karena itu dalam
tradisi kristiani bioetika bergantung pada antropologi Kristen, pada visi
injili tentang siapakah kita.
Maka dari itu meskipun akan memasuki
bidang di luar teologi (bioetika) namun visi dasar Kristiani kita tdak boleh
dilunturkan. Doalog antara intelektual dan iman perlu dilakukan. Dari dialog
tersebut kita akan diperkaya dan pada gilirannya kita kana memperkaya dunia
dengn visi kristiani kita, suatu visi yg tidak bertentangan dengan akal budi.
Hal itu akan memperdalam makana tentang hakekat kita sebgai manusia.
3.
Bioetika yang berpusat pada pribadi manusia
Disusi bioetika
tidak terpisah dari pemahaman tentang martabat dan hak asasi manusia. Maka ada
garis batas bahwa studi etika kali ini terbatas pada manusia. Martahat
manusia adalah nilai intrinsik khas manusia. Nilai ini penting dan dasar kokoh
untuk bioetika. Adam
Schulman seorang anggota badan penasehat etila untuk presiden Amerika membantu
untuk mengklarifikasi empat sumber konsep martabat manusia: filsafat barat
klasik, agama biblis, filsafat moral kantian, dan kontitusi dan deklarasi abad
20.
C. Martabat dan hak asasi manusia
Perspektif
Yunani-Romawi: dignitas menunjuk pada martabat
manusia. Artinya keyakan unutk mendapatkan penghoramtan dan penghargaan.
Tdignitas bersal dari kata dignus (layak) atau dignitas (kelayakan). Konsep ini
berdasarkan pada keunggulan manusia. Ada
suatu kelayakkan yang tertera secara intrinsik yang ada dalam diri manusia yang
membuat dia ditinggikan dari mahluk lain. Manusia mesti mengemban sesuatu yang
membuat dia dtinggikan di antara mahluk yang lain. Dalam tulisan Cicero, Mc A Crudden
menganalisa, dignitas menunjuk pada martabat manusia sebagai manusia, tak
bergantung pada status tambahan lainnya. Sekolah stois percaya pada martabat
manusia dapat dikenakan bagi seluruh umat manusia, tnpa memandang latar
belakang, status sosial atau prestasi2nya.
Hal ini dikarenakan manusia mempunyai akal budi dan diatas segalanya
akal budi menginformasikan kepada kita bahwa segalsesuatu yang perlu untuk
kebahagiaan kita ada dalam kontrol kita.
Maka dari itu kaum stois percaya tak satupun yang dapat seseorang
katakan atau lakukan pada kita dapat merampas dri kita martabat dan integritas
kita.
Perspektif
biblis : imago dei konsep martabat manusia yang idasarkan
pada wahyu ilahi yang tertulis dalam kitab suci memiliki pengaruh yang lebih
besar dari pada konsep yang didasarkan pada kebijaksanaan klasik. Perspektif
biblis ini menawarkan manusia sebagai manusia yang diciptakan menurut citra
Allah. Implikasi dari konsep ini adalah
bahwa manusia walau diciptakan secitra dengan Allah, ia bukanlah Allah
melainkan ciptaanNya. Perspektif
ini cukup kuat namun tidak berlaku bagi agama2 non biblis dan para ateis. Namun
perspektif ini dapat membantu kita untuk mengartikulasikan dan memikirkan
dengan penuh perhatian intuisi terdalam kita tentang manusia, kemampuan,
tingkah laku khususnya serta hak dan kewajiban yang kita percayai sebagai milik
mereka. Meskipun perspetif ini teologis
namun tetap memberikan kepada kita pendasaran etis untuk memahami
martabat manusia.
Perspektif
Kantian: rationalitas dan bukan sarana.
Imannuel
Kant (abad 18) memberikan pengertian univesarl tentang martabat manusia bedasar
pada pemikiran rational murni. Menurut Kant, manusia memiliki martabat karena
otonomi rasionalnya yakni kemampuan manusia untuk dengan bebas menaati hukum
moral yang mereka sendiri adalah pembuatnya. Etika Kant dapat dirumuskan
sebagai berikut: janganlah memperlakukan
manusia seolah-olah dia hanyalah bukan pribadi manusia atau hargailah selalu
pelaku moral sedemikian rupa sehingga mereka diperlakukan sebagai tujuan dalam
diri mereka sendri. Kant menjadi bapa konsep modern martabat manusia. Perintah
moral Kant tampak kuat namun dalam diskusi bioetis argumen ini mempunyai titik lemah. Khususnya
dalam meletakkan martabat manusia sepenuhnya pada otonomi rasional. Bagimana
dengan bayi atau embrio yang belum memilliki otonomi rational? Maka jika
mengacu pada pandangan Kant akan kesulitan dalam memandang keseluruhan martabat
manusia dari perpektif otonomi rational.
Perspektif
Konstitusi2 Modern: Pembukaan piagam PBB 1945 (isi liaht
diktat): membela martabat dan harga manusia dari penindasan akibat perang.
Piagam ini hendak mengatakan bahwa manusia memiliki martabat yang melekat pada
dirinya, dan setiap manusia harus saling menghormati dan mengakui martabat
tersebut. Dari piagam in disadari perlunya suatu hukum yang melindungi berbagai
macam hak dan kebebasan yang kita sebut dengan hak asasi manusia. Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (1948) art. 1 (isi lih. Diktat): manusia dilahirkan
bebas dan setara. Indonesia yang
berdasarkan, Pancasila sila ke-2, menganut
suatu prinsip yg menuntut agar manusia dihargai seturut martabatnya sebagai ciptaan Allah. Hal ini menekankan
bawah masyarakt Ind tak dapat mentolerir tekanan fisik atau batian pada sesama
manusia.
Jelas bahwa
sekalipun dokumen2 unversal tersebut membahas tentang martabat manusia, namun
dokumen2 tersebut tidak memberikan definisi secara eksplisit arti, isi, dan
dasar dari martabat manusia. Dokumen2 tersebut hanya merefleksikan consensus
politik antara bangsa2. Dan masih banyak bangsa2 yang memberlakukan pengertian
mereak sendiri tentang martabat manusia sekalipun menyetujui deklarasi
internasional ttg martabat manusia.
Kesimpulan: dari
keempat perspektif di atas, perpektif yang ke 2 lah yang memegang peranan
penting. Sebab perpektif ini menawarkan pandangan yang lebih menyeluruh
terhadap pemahaman tentang martabat manusia, dan oleh karenanya menjadi dasar
yang kuat bagi etika untuk membela martabat manusia dan menghormati manusia.
Frencesco Compagnion, Ebehard Scohenhoff dan Michael J. Perry setuju akan peran
penting pandangan teologis sebagai dasar dalam merumuskan martabat manusia.
D. Tubuh Manusia, Kesehatan dan penyakit
Makna tubuh dan
biologisme. Tubuh manusia adalah manusia itu
sendiri. Muncul pertanyaan, bagimana dengan jiwa? Dalam
perkembangan sejarah ada perdebatan tubuh dan jiwa. Ekstrem yg mementingkan
tubuh disebut biologisme dan jiwa disebut spiritisme. Antropologi
Thomistik: mencoba menyatukan dua ektrem tersebut dan memberikan pendasaran.
Manusia itu embodied soul (jiwa yang membadan). Dari definisi ini kita bisa
melihat perbedaannya secara intelektual tapi defacto jiwa dan batdan itu
menyatu dan merupakan satu kesatuan yang harmoni. Persatuan ini adalah
persatuan psikosomatis, tubuh adalah jiwa, jiwa adalah tubuh.
Antropologi in
bersumber pada Boethius. Substansia individua rationalis naturae, individu
rasional yang berhakekat rational. Term substarnsia berarti suatu mahluk
individu yang dengan jenis tertentu. Substansia tidak dapat kehilangan hakekat
uatamanya dan ia terus bereksistensi. Rene
Descart: tubuh manusia itu layaknya sebah mesin dan kekuatan yang
menggerakkannya adalah jiwa. Jadi jiwa itu seperti hantu di dalam mesin.
Pandangan inilah yang memunculkan pandangan ekstrem yang memandang tubuh
sebagai mesin biologis (biologisme). Biologisemu
memiliki kecenderungan mandang aktivitas tubuh melulu dari sudut material. Hal
ini dikarenakan oleh ciri khas sains yaitu tersedianya data yang dapat
diobservasi, diukur dan diakui dari berbgai kalangan. Maka biologisme meredusir
manusia ke tingkat benda-benda. Biologisemu juga menanyakan bagiamana tubuh
bekerja. namun karena manusia adalah sesuatu yang kompleks maka analisa harus
dipersempit. Maka kemudian biologisem mempersempit pandangan tentang manusia
berdasarkan bagian2 tubuhnya saja.
Kehidupan
kekal:
menurut Thomas Aquinas tujuan akhir hidup manusia adalah kebahagiaan sejati
dalam Allah. Ia mengajarkan aa kebahagiaan sejati dalam Allah dan manusia harus
mengejar itu. Keh\bahagiaan sejati itu disebut sebgai visio beatifika dan visio
ini akan dialami sepenuhnya dalam kehidupan kekal.
Sehat:
secara
etimologis kata sehat berasal dari kata healing (kesembuhan),
holliness(kekudusan), dan wholeness (keseluruhan). Semua itu mengarah pada satu
konsep kelengkapan (completeness)
yaitu keseluruhan yang mempunyai bagiannya. Dalam kisah ini orang yg cacat tubuh
dianggap kurang sehat karena ada bagian tubuhnya yang tidak lengkap. Kesehatan dapat juga dipahami sebagai
keadaan yang lengkap secara fungsional. Maksudnya, seluruh tubuh dapat bekerja
sama dengan harmonis. Maka sakit dalam hal ini adalah terjadinya disfungsi
masing2 anggota tubuh. Namun konsep keehatan ini dipandang secara sempit dalam
dunia medis yg dipengaruhi oleh mntalitas sains yang berdasarkan
kwantifikatisi. Defini kesehatan disimpulkan dengan mengambil data2 fisik yang
dilakukan secara umum (generalisasi). Padahal batas2 kesehatan yang diberikan
oleh medis tidak dapat diterapkan pada semua individu yang mempunyai latar
kultur yang berbeda-beda. Misalnya masing2 ras/suku punya standar kesehatan
sendiri (secara medis). Definisi
kesehatan seharusnya lebih luas dari pda ukuran2 tertentu, karena organisme itu
sendiri merupakan kemungkinan yang terbuka. Kesehatan mencakup keutauhan
struktur dan fungsi organisme manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Dari sudut Kristianitas ada juga kesehatan spritual.
Sakit:
dipandang sebagai tidak berfungsinya organ2 yang dimiliki oleh tubuh. Asley dan
O’Rourke: membagi penyakit menjadi 2 yaitu: Pertama Ontologis: penyakit adalah suatu entitas
tersendiri yang dpat diklasifikasikan dan diberi nama. Penyangkit dianggap
suatu serangan dr luar yagn merusak harmoni tubuh. Penyembuhan dilakukan dengna
mengidentifiksai (mengenali) penyakit tersebut dan mancari penangkal dan metode
penyembuhannya (pengobatan atau pembedahan) Kedua, Fisiologis:
kerusakan bagian dalam tubuh yang biasanya berfungsi harmonis. Hal ini
disebabkan cara kerja tubuh yang berlebihan (hiper) atau kurang (hipo). Hal ini
menyebabkan organisme lemah dan mendapat serangan dari luar. Penyakit tipe ini
tidak dapat dikenali dan diberi nama karena penyakit ini merupakan kondisi
indifidual dr oraganisme yg mengalami disfunsi. Penyembuhan penyakit ini dengan
mengubah gaya hidup dan laithan. Menggnakan pembedahan atau pengobatan bukan
solusi yang diutamakan.
Obat
dan opengobatan: medicine (Ingg) ada bermacam2 definisi antara
la1n: 1. Suatu obat atau peyembuhan; 2. seni menghindari, merawat dan membantu
dalam penyembuhan penyakit dan merewat yang terluka; 3. Perawatan atau
pengobatan secara medis terhadap suatu penyakit sebagaimana dibedakan dari
pengobatan dengan pembedahan.
Dari ketiga
defini tersebut term medicine menyangkut: bahan kimia, seni dan relasi antar
manusia. Maka pengobatan bukan hanya berarti obat melainkan juga suatu seni
menghindari, merawat, dan membantu orang lain. Dari situ dapat dilihat hub
relasional antara dr dan pasien, sebagai sesama manusia.
E. Tanggung Jawab Pribadi atas Hidup dan Kesehatan
Sumpah
Hippokrates menyuratkan kepda para dokter untuk menyarankan gaya hidup, obat
dan pembedahan. Gaya hidup maksudnyaadalah pola hidup sehat. Maka bertanggung
jawab atas kesehatan tidak hanya pergi ke dokter tapi juga menja gaya hidup
agar tetap sehat. Masyrakat modern
cendertung pada gaya hidup yang kurang sehat dan menggantungkan diri pada obat
atau pembedahan. Maka dari itu mengutamakan pola hidup sehat membutuhkan
perombakan besar dalam pola pikir dan seluruh tatanan masyrakat modern. Pola
hidup sehat juga perlu diterapkan dalam sekaral sosial. Lingkugan alam yang
kurang sehat juga tidak mendukung kesehatan manusia. Maka dari itu lingkungan
alam perlu dijaga agar mendukung hidup sehat.
Masyrakat modern
memiliki pola hidup yang dipadati oleh pekerjaan dan ini menyebabkan mereka
tidak memiliki waktu untuk refleksi dan meditasi. Hal ini akan berpengaruh paa
kesehatan mental seseorang, ereka akan mengalami kekosongan, hidup tanpa arti,
dan kesepian yang absurd, karena hubungna antar pribadai menjadi nol.
BAGIAN DUA
BIOETIKA KRISTIANI
A.
Allah Sang Pencipta dan Pecinta Kehidupan
Pembahasan tentang
manusia sebagai gambar dan rupa Allah sebagian besar ditemukan dalam kitab
Kejadian (Kej), Perjanjian Lama (PL). Pola
pikir dalam kitab Kej sangat berbeda dengan pola pikir skolastik yang
menekankan distingsi dan penjelasan yang detil-rasionalistis. Dasar pemikiran teologis bioetika Kristiani
adalah kebijaksanaan yang terkandung dalam Kitab Kejadian. Untuk mengetahui hal
itu, kita perlu melihat garis besar pesan teologis dalam kita Kej. Pertama, dalam Kej 1-3,
pelaku utama adalah Allah sebagai Sang Pencipta. Ide
dasar bahwa Allah adalah Sang Pencipta merupakan ide dasar penting yang
mewarnai pemikiran teologis umat Israel dan Gereja. Kisah
penciptaan lebih dimengerti sebagai teologi jika fokus pada Allah. Manusia bukan pusat dari kisah
penciptaan. Kisah Kej 1-3 mewartakan bahwa Allah
adalah satu-satunya Pencipta. Kedua, kisah
penciptaan dalam Kej tidak menjwab semua pertanyaan atau memecahkan seluruh
persoalan yang berhubungan dengan penciptaan. Ketiga, mengerti dengan
baik arti penciptaan Adam dan Hawa. Berbagai
arti kta Adam menjelaskan bahwa kitab Kej tidak menulis tentang penciptaan dua
orang manusia yang berbeda jenis kelamin, tetapi penciptaan seluruh umat manusia
secara kolektif. Kej adalah suatu
kisah tentang kehidupan kita. Kej
menampilkan manusia muncul ke permukaan kala kehidupan dipaparkan Allah. Kej mengajak untuk memahami manusia
secara lebih jelas dan mengerti manusia sebagai suatu keseluruhan. Kej adalah metafora kehidupan kita,
suatu bentuk ikon kehidupan yang memampukan manusia untuk membandingkan dan
menata kembali kehidupannya. Dalam
Kej Allah dipahami sebagai Allah yang berperan aktaif dalam kehidupan kita. Pemaparan awal tentang kitab Kej memberi
makna yang akan mewarnai pemahaman tentang manusia dalam berhadapan dengan
pemikiran-pemikiran yang modern.
1.
Mahluk Ciptaan
Pengertian
paling mendasar tentang manusia dalam seluruh Alkitab adalah manusia dicipta
menurut gambar dan rupa Allah. Gelar
“gambar dan rupa Allah” hanya diberikan pada manusia, bukan ciptaan lain.
Sehingga memberikan kesan bahwa manusia itu istimewa dan terpisah dari ciptaan
lain. Kata “gambar” mengandung pengertian penampilan
fisik. Kemiripan antara Allah dan manusia bukan
hal yang substansial tetapi lebih fungsional. “Gambar”
menjelaskan bahwa manusia adalah wakil yang layak akan kehadiran Allah di
dunia. Kta “rupa” menggarisbawahi bahwa manusia
hanya dicipta mirip dengan Allah dan
karena itu berbeda dengan Allah. Secara
sistematik “gambar dan rupa” mengandung arti baik kemiripan dan perbedaan antara manusia dengan Allah. Pemahaman biblis bahwa manusia dicipta
menurut gambar dan rupa Allah lebih menjelaskan tentang relasi manusia dengan
Allah. Kej tidak mengajarkan bahwa manusia
adalah clone Allah, tetapi
menggarisbawahi perbedaan besar antara Allah dengan manusia. Kej mengajak kita merayakan siapa kita
dan tempat kita di antara ciptaan lain, dimana kita sedikit lebih rendah
daripada Allah. Manusia adalah
rekan Allah, wakil Allah yang “berkuasa” di bumi tetapi tidak untuk
semena-mena, melainkan untuk menjadi pelayan Allah dalam memelihara alam
semesta yang dipercayakan pada mereka. Kej
mau menekankan bahwa betapapun mulianya manusia dihadapan ciptaan lain, ia
tetap ciptaan Allah dan Allah adalah Sang Pencipta tunggal.
2.
Kesatuan Total
Kisah
penciptaan berbicara tentang diciptanya manusia dari tanah dan Allah
menghambusi tanah berbentuk manusia sehingga manusia hidup. Sebaiknya kita tidak membaca kisah
penciptaan yang mengerti bahwa jiwa dan raga terpisah. Kisah
penciptaan hendak menyampaikan bahwa manusia itu rapuh dan lemah, dan Allah jauh
lebih kuat dan berkuasa dari manusia. Teks kisah penciptaan ditulis dalam
bentuk naratif, dimana pengarang mau menunjukkan bukan bahwa Allah menciptakan
dua elemen yang berbeda, tetapi hidup manusia yang satu dan total. Semua pembahasan tentang penciptaan manusia
merujuk ke satu poin yaitu manusia berada pada satu kesatuan total.
3.
Kesetaraan Radikal
Konsekuensi
logis dari diciptanya manusia menurut gambar dan rupa Allah adalah bahwa manusia
saling berbagi hakekat sebagai mahluk ciptaan. Manusia
setara dan berbagi kemanusiaannya dengan sesamanya meskipun masing-masing
memiliki keunikkannya sebagai individu. Kesetaraan
manusia, di luar perbedaan yang ada, mendapat pendasaran biblis dalam
penciptaan manusia perempuan sebagai rekan manusia lelaki. Kej 2:18 mengisahkan tidaklah baik jika
lelaki sendirian. Hal ini tidak menunjuk pada seksualitas, tetapi pada
ketidaksetaraan manusia dan hewan. Binatang
bukan rekan sederajat manusia, sehingga Sang Pencipta berpendapat bahwa
menciptakan manusia seorang diri adalah hal yang negatif sehingga diciptakan manusia
penolong yang lain yang sepadan dengan manusia itu. Frase “tidaklah baik jika manusia itu
seorang diri” menggarisbawahi pentingnya pengakuan bahwa manusia yang satu
dengan yang lain adalah sederajat dan mereka bersama-sama membentuk
komunitas umat manusia. Tentang
peciptaan perempuan, Kej 2 tidak hanya menyatakan bahwa seksualitas itu baik
dan dikehendaki Allah, tetapi juga menyatakan bahwa manusia tidak akan pernah
bisa menemukan makna terdalam keberadaannya sebagai manusia. Manusia hanya dapat menemukan makna
hidupnya dalam komunitas umat manusia, karena hanya komunitas umat manusia yang
memunculkan kemanusiaan sejati. Kegembiraa
manusia lelaki dalam menyambut manusia perempuan menunjukkan rasa syukur pada
Allah yang memberi penolong yang sederajat dengannya. Konsep
ini menggarisbawahi kesetaraan antar manusia di tengah segala macam perbedaan,
termasuk perbedaan jenis kelamin. Manusia
secara radikal setara satu sama lain, tak seorangpun menurut tata penciptaan
dapat mengklaim bahwa dirinya lebih tinggi daripada yang lain. Komisi Kitab Suci Kepausan melihat
diciptanya manusia secitra Allah mengemban makna kesucian hidup manusia dan
martabatnya sebagai pribadi suatu ‘ada relasional’ yang mampu berhubungan
secara personal dengan Allah sebagai penciptanya dan dengan orang lain sebagai
sesama yang sederajat. Penciptaan
manusia secitra dengan Allah menyediakan dasar teologis yang kokoh untuk
martabat manusia karena alasan-alasan berikut:
Pertama,
menurut kisah penciptaan manusia memiliki tempat khusus di antara
ciptaan-ciptaan lain, karena manusia dianugerahi dengan martabat. Martabat ini
dianugerahkan Allah agar manusia mampu berelasi secara khusus denganNya. Kedua,
Sang Pencipta merupakan penganugerah tunggal martabat pada manusia, sehingga tak
seorang manusia pun dapat mengklaim bahwa mereka yang menganugerahkan martabat
kepada sesamanya. Ketiga, kisah
penciptaan menggarisbawahi pentingnya pengakuan bahwa Allah adalah Sang
Pencipta dan manusia adalah ciptaan. Dimana manusia harus mengakui dan
sesamanya sebagai rekan yang sederajat. Nilai
hakiki manusia manjadi semakin intens dalam inkarnasi Yesus Kristus, Anak
Allah. Inkarnasi bukan saja bersangkut paut
dengan misteri iman kita, tetapi juga menyentuh setiap tindakan etis kita
seraya memberinya arah. Yesus
Kristus sebagai citra Allah menunjukkan pada kita dengan inkarnasinya bagaimana
hidup dengan sungguh sesuai citra Allah.
4.
Penciptaan Berlanjut dalam Prokreasi
Dasar
teologis membahas martabat manusia, yakni ia diciptakan secitra dengan Allah. Penciptaan
tidak berhenti tetapi terus berlanjut dalam prokreasi, yakni dalam dikandungnya
anak. Manusia
bukan memproduksi tetapi melahirkan anak
dengan pertolongan Allah. Manusia mendapat tanggung jawab khusus
dan tertinggi dari Allah dalam pemberian hidup melalui pengadaan keturunan oleh pria dan wanita dalam perkawinan. Bukan
manusia yang mencipta atau membuat keturunan, penciptaan hanya direservir oleh
Allah sebagai pencipta tunggal. Allah terus berlanjut mencipta sepanjang
sejarah. Citra
Allah diteruskan melalui pengadaan keturunan. Hal ini mengandaikan bahwa manusia
menerima tugas suci dari Allah untuk menjadi rekan penciptaNya dalam prokreasi. Tindakan
menurunkan anak, tidak hanya melahirkan seseorang yang serupa dengan kita manusia,
tetapi juga bekerja sama dengan Allah, kita meneruskan citra Allah kepada
keturunan kita. Manusia sejatinya adalah sesama kita yang sederajat, namun
dengan kesombongannya mereka ingin menjadi allah atas sesamanya.
5.
Bertindak sebagai Allah dan Menyangkal Diri sebagai Ciptaan
Mentalitas
manusia zaman modern ini adalah menentang tata cara penciptaan dan pada saat
yang sama menolak adanya Allah. Rasa
akan Allah yang hilang ini tereskpresikan dalam bertindak sebagai allah,
pencipta. Yang dimaksud di sini adalah tingka laku manusia terhadap sesama dan lingkungannya. Dalam
bertindak sebagai Allah manusia menentang hakekatnya sebagai ciptaan. Bertindak sebagai Allah merupakan hasil
kesalah pahaman tentang anugerah dan tugas dari Allah untuk ‘menguasai’ semesta
alam. Kitab Kej tidak menunjukkan bahwa kita
dimaksudkan untuk mengeksploitasi alam. Kesalahpahaman akan hal ini berakibat
lebih buruk dimana manusia tidak hanya mengeksploitasi alam tetapi juga
mengeksploitir sesama. Menawarka
suatu iman akan Allah pada masyarakat modern merupakan suatu hal yang sah. Iman menjadi suatu kritik atas kecenderungan
manusia untuk menjadi dan bertindak sebagai Allah. Nilai
yang ingin kita pertahankan sebenarnya sederhana tetapi amat mendalam, yakni
mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan kita manusia adalah
ciptaan yang saling berbagi kesederajatan dengan manusia yang lain.
6.
Perumpamaan “Orang Samaria yang Baik Hati”
Setelah
berdiskusi tentang manusia, sekarang kita berdiskusi tentang cara memperlakukan
sesama manusia. Dalam
perumpamaan orang Samaria yang baik hati, kita memahami apa arti sesama dan apa
yang patut dilakukan terhadap sesama. Pendektan
Yesus yang radikal pada relasi antar manusia menjadi kerangka acuan dalam
refleks teologis cinta pada sesama. Cinta
bukan sesuatu yang pasif, tetapi sejati bergerak untuk mempengaruhi tindakan kita. Cinta berasal dari tindakan Allah
mencintai kita yang kita alami, dan pengalaman ini menggerakkan kita mencintai
sesama kita. Tindakan cinta Allah menjadi dasar kuat
untuk tindakan cinta kita. Ajaran
Yesus tentang cinta pada sesama tersaji dalam perumpamaan tentang orang Samaria
yang baik hati. Dalam perumpamaan ini seorang ahli Taurat yang mencobai Yesus
dengan pertanyaan “Siapakah sesamaku manusia”. Dalam benaknya ahli Taurat
berpendapat sesama manusia adalah seorang yang membutuhkan belas kasihan.
Tetapi Yesus menentang konsep salah ini, sesame manusia bukanlah obyek yang
harus ditolong, tetapi siapakah yang menolong.
B.
Yesus Kristus, Sang Penyembuh Agung
James Gustafson:
“Kristus
adalah sang norma untuk menerangi bagaimana seorang Kristen itu seharusnya dan
apa yang harus ia lakukan dalam tingkah lakunya; Kristuslah norma utama yang
mengharuskan bagi mereka yang ingin mengatur hidupnya sebagai murid-Nya.”
1.
Penyembuhan Kristus
Meier: “adalah
fakta historis bahwa Yesus melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa/
mujizat-mujizat” (diantaranya mujuzat untuk penyembuhan). Fakta
historis tersebut menunjukkan bahwa penyembuhan Kristus bukan mitos atau
dongeng. Yesus
juga memerintahkan karya penyembuhan-Nya itu kepada para muri-Nya sebagai
bagian dari pembangunan Kerajaan Allah sejak saat ini dan di sini. (Mat
10:5-15). Penyakit
yang tidak tersembuhkan memang dapat dimaknai sebagai bentuk ambil bagian dalam
penderitaan Kristus, tetapi terlalu gegabah jika semua penyakit dianggap
“salib” Kristus. Penyakit
adalah bagian dari misteri kejahatan.
Point Penting (McNut)
Allah
bergembira atas kepenuhan hidup kita: Allah adalah
Sang pecinta kehidupan yang berlimpah (Yoh 10:10). Melalui
kehadiran Yesus, Allah hadir lebih dekat dengan manusia dan menyatakan
kuasa-Nya dalam karya penyembuhan yang dilakukan Yesus. Allah
ingin kita menjadi utuh, sehat baik badan, pikiran dan jiwa.
(Alasan karya penyembuhan Kristus dan dilanjutkan para muridNya).
Penyakit
adalah kejahatan: Penyakit
adalah bagian dari kejahatan, meskipun
kebaikan mungkin muncul darinya. Penyakit tidak
secara langsung dikehendaki Allah. Thoman Aquinas
(dalam De Malo) “Penyakit
merupakan suatu konsekuensi dari dosa asal, suatu keadaan ‘jahat’ di
mana manusia dikandung dan dilahirkan. Penyakit juga dapat jadi kesempatan
untuk menghindari dosa dan mengembangkan keutamaan, jadi ia
diselamatkan.(Thomas mengutip Yoh 9:3). Yesus memberi kita
kuasa untuk bekerjasama dengan kuasa kebagkitanNya, untuk menyembuhkan si sakit
dan dunia yang sakit. Baca Rm. 20-21
Kematian
sebagai jawaban: Kerapkali orang berpikir sia-sia berdoa
mohon kesembuhan sebab pada akhirnya cepat atau lambat kita semua akan
meninggal. Kita perlu berdoa memohonkan penyembuhan
bagi mereka yang menurut kebijaksanaan kita patut sembuh.
Sarana
tercapainya sesuatu yang lebih luhur: Beberapa
(TIDAK SEMUA) penyakit dapat menjadi sarana tercapainya sesuatu yang lebih
luhur. (contoh: kebutaan paulus, dll.). Kita tidak boleh
gegabah menganggap semua penyakit bertujuan luhur. McNut, “Menurut
PB, umat Kristiani Wajib berdoa agar penyakitnya disembuhkan. Penyakit yang
menyelamatkan perkecualian, BUKAN hukum.”
2.
Sakramen-sakramen Penyembuhan
Kita
ciptaan BUKAN pencipta jadi kita gak seagung Sang Pencipta. Sebagai
ciptaan kita mengemban kekurangan dan kelemahan dan berada dibawah sengsara, penyakit dan kematian. Yesus
mengutus Gereja untuk melanjutkan karya pelayanan pemyembuhan-Nya dan
keselamatan-Nya dalam kekuatan Roh Kudus (KGK 1421).
Ada
2 sakramen penyembuhan:
a.
Sakramen Rekonsiliasi/Tobat
Tujuannya
berdamai dengan Allah. Buah hasilnya,
“Memberi kembali kepada kita rahmat Allah dan menyatukan kita dengan Dia dalam
persahabatan yang erat” (KGK 1468). Sakramen
ini memulihkan perdamaian manusia dengan Allah dan sesame serta seluruh
ciptaan. Penyakit =dis-harmoni pribadi manusia.
Dosa sumber subur dis-harmoni. Sakramen Rekonsiliasi (yang diterima dan
dihayati sungguh-sungguh)→meghapuskan dosa→manusia pulih lagi→Manusia
menjadi manusia yang harmonis lagi→dis-harmoni manusia yang menyumberkan
disembuhkan.
b.
Sakramen Pengurapan Orang sakit
Gereja
mendapat perutusan untuk menyembuhkan orang sakit. (baca Mrk 16:18). Gereja menemani si sakit dengan
doa-doanya yang memohon kesembuhan yang menyeluruh. Jika
tidak terjadi penyembuhan, Gereja tetap menemani dengan doa-doanya, agar si
sakit dapat dengan bebas dan ikhlas ambil bagian dalam sengsara Kristus,
sengsara ini bkn tnpa arti. Sakramen
ini tidak sama dengan sakramen terakhir/ untuk mempercepat kematian. Sakramen ini sama dengan sakramen
penyembuhan. Tp bisa juga buat bekal perjalan ke hidup abadi (bagi yg uda
sekarat). Buah dari sakramen ini, Kekuatan,
Ketenangan, Kebesaran Hati (menghadapi kesulitan penyakit, kelemahan usia
lanjut), dan Kesembuhan jiwa.
Prinsip Dasar Moral
1. Hidup
Anugerah Allah→manusia TIDAK BOLEH mengklaim ia berkuasa atas hidup orang lain
atau dirinya sendiri.
2. Manusia
WAJIB menghormati, mencintai, membela kehidupan→karena hidup itu suci.
3. Kehidupan=INVIOLABILITY
(tidak dapat diganggu gugat)
4. GS
art. 27 menentang perbuatan yang menghapus hidup manusia, pembunuhan ras,
euthanasia, bunuh diri bebas, kekerasan pada keutuhan manusia (mutilasi, tekanan
psikologis).
Norma-Norma Moral Kristiani
1. Larangan Membunuh, Merugikan kesehatan, mutilasi, merugikan
lingkungan.
·
Larangan Membunuh (diatur dalam KGK
2268)
·
Sikap mengabaikan/melalaikan
·
No Aborsi (KHK 1398)
·
No Euthanasia (KGK 2277)
·
Larangan merugikan kesehatan=menjaga
kesehatan
·
Mejaga kesehatan dengan sarana biasa
(WAJIB), sarana luar biasa (BOLEH)
·
Larangan mutilasi karena mempertahankan
keutuhan manusia sebagai ciptaan (totalitas).
2. Perbuatan Akibat Ganda (Double Effect/Duplex effectus)
·
Perbuatan itu sendiri harus baik/
indiferen.
·
Efek langsung harus baik, bukan
dihasilkan dari efek buruk.
·
Intensi/maksud perbuatan harus baik,
efek buruk tidak secara langsung dimaksudkan.
·
Harus ada alasan berat yang
proposrsional untuk melakukan tindakan.
3. Kerjasama Kooperasional
·
Kerjasama untuk sesuatu yang buruk
4. Persetujuan bebas dan dipahami (Free and informed consent)
·
Kompetensi (harus tahu dengan jelas)
·
Kebebasan dari paksaan
·
Informasi yang cukup
5. Prinsip Konfidensialitas
·
Prinsip menjaga rahasia profesi untuk
menjaga nama baik pasien, pelanggaran prinsip ini akan terkena sanksi keadilan.
·
Pelanggaran dapat dilakukan jika
menyangkut kebaikan bersama (Bonum commune).