Kamis, 14 Februari 2019

BIOETIKA DI TENGAH JAMAN PLURALIS


BAGIAN SATU
BIOETIKA DI TENGAH JAMAN PLURALIS
(Ringkasan Diktat Kuliah Bioetika)
STFT Widya Sasana Malang
diringkas oleh: Werenvridus Sadan, S.S.

A. Perkembangan Sains
Memahami bioetika perlu mengerti perkembangan sains, karena bioetika berkembang seiring dengan perkembangan sains. Diawali kekaguman pemikir memandang alam semesta ribuan tahun lalu, terutama ketika mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan sehari2. Di China muncul buku I Ching (700 SM) buku ini menelaah dinamika antara yin-yang dan mempelajari kombinasi yang terjadi dalam dinamika tersebut. Dimanika tersebut di gambarkan dalam heksagram. Buku tersebut mempengaruhi pemikiran Confusius (551-479 SM) dalam menyusun Etika dan Lao Lzu (600/400 SM) dalam menyusun filsafat alamnya. Di Barat para filsuf Yunani seperti Heraklitos (500 SM) Pythagoras (570-495 SM), Xenophanes (570-495) juga takjub pada perubahan alam yang terjadi. Ada juga Aristoteles (384-322 SM) dengan karya-karyanya yang sangat menekankan ilmu2 alam.
Muncul juga Hippocrates (460-370 SM) yang adalah bapa di bidang medis.  Sekolah Hippocratik menghasil suatu corpus hippocratium yang memuat teks perjanjian yg menjadi wibawa dalam dunia medis. Dikenal sebagai sumpah Hipprokrates. Jika melihat isi dari sumpah Hippokrates tersebut maka tampak bahwa muatan-muatan religius yang menempatkan posisi dokter setara dengan raja atau imam. Suatu profesi yang serius menuntut suatu moralitas yang serius pula. Perjanjian tersebut diawali dengan menyebut nama2 ilahi dan diakhiri dgn berkat bagi para dokter yang melaksanakan tugasnya dengan baik dan kutuk bagi yang melanggar perjanjian suci tersebut.
Perkembangan sains di barat masih terintegrasi dgn filsafat dan belum berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu. Hal itu terjadi sampai munculnya masa abad modern. Samir Okasha mencatat bahwa awal mula sains modern terjadi dan berkembang pesat di Eropa antara tahun 1500-1750 yang dikenal dengan revolusi sains. Bapa revolusi yang terkenal adalah Coopernikus yg menawarkan terori baru dalam bidang kosmologi yaitu teori heliosentris yang menandingi pandangan klasik geosentris. Hal itu membawa perdebatan besar antara pandangan biblis geosentris dgn pandangan Coppernikus. Percepatan perubahan tersebut disebut atau dikenal dengan revolusi Coppernican. Jejak Koppernikus tersebut diikuti oleh Yohanes Kepler dan Gallileo Gallilei. Galileolah yang memulai dunia baru dalan sains. Dia membuktikan bahwa matematika bukanlah hal absatrak melainkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.  Maka dari sini terbentuk dasar pernikahan matematika dengan dunia fisik yang melahirkan fisika. Sumbangan lain Galileo adalah ia menekankan perlunya untuk menguji atau memverifikasi auatu hipotesa dengan eksperimen. Mulailah sebuah mentalitas baru dalam dunia sains yakni mencoba mengukur realitas, terjadilah lompatan besar dari persepsi kualitatif menuju kuantitatif atas alam semesta. Oleh sebab itu segala hal harus dapat diukur dan diverifikasi maka hal itu dapat dikatakan sebagai ilmiah.

1.      Ilmu Fisika dan Kimia
Perkembangan sains modern dimulai dengan bidang fisika:
a.      Rene Descartes yang memperkenalkan filsafat mekanikal
Pandangannya: alam semesta terdiri dari partikel2 kecil yang saling berinteraksi dan bertumbukan satu sama lain. Dengan demikian ia menawarkan suatu dunia yang mekanis. Dia mengembangkan metofe filsafati yang yang meragukan segalanya sampai dicapai suatu kepastian ilmiah maka munculah “cogito ergo sum”. Pandangan ini menimbulkan sikap untuk tidak mudah percaya sebelum data-data empiris didapatkan dan logika deduksi diberlakukan.

b.      Revolusi sains mencapai puncaknya dalam karya Isaac Newton
Ia mnyetujui terori Descart dan meneliti lebih dalam lagi apa yang terjadi dalam pertikel2 kecil yang saling berinteraksi tersebut. Newton akhirnya menemukan gaya Grafitasi yang sangat berpengaruh dalam dunia sains. Ia mencoba mengukur dinamika grafitasi dengan perhitungan matematis yg sangat teliti. Maka lahirlah teknik matematis yang disebut teknik kalkulus
c.       Pada awal abad 20 teori Newton diguncang oleh teori Realitivas Einstein.
Ia percaya bahwa segala sesuatu dalam alam semesta dapat dijelaskan dengan matematika elegan, asalkan kita dapat memecahkan teka-tekinya. Hal itu diungkapkan dalam “God never plays dice”. Itu artinya semua dalam alam semesta dapat diprediksi dengan tepat. Teori Relativitasnya menyanggah mekanika newtonian jika diterapkan pada benda yang berukuran raksasa dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Teori Newton dan Einstein merupakan dua teori yang radikal dan aneh, tidak semua orang dapat memahami secara tuntas. Einstein sendiri pusing dengan teorinya sendiri yang mencoba memahami pikiran Allah.
d.      Dunia fisika juga akhirnya mengalami kemajuan
John Dalton (1893) yang mengemukakan teori bahwa seluruh alam semesta terdiri dari atom yang sangat kecil dan tak dapat dibelah. Ia dipengaruhi pandangan filosofis yunani kuno atomos. Eugene Goldstein (1885) menemukan partikel-partikel positif dari atom dan disusul oleh J.J. Thompson (1897) yang menemukan adanya elektron yang bermuatan negatif. Ernes Routerford (1911) menemukan bahwa atom sebagian besar terseusundari ruang hampa yang tenganya terdapat nukleus yang bermuatan positif dan penuh dengan proton, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif dan bergerak sangat cepat. Maka dengan begitu penemuan2 dibidang atomis dimulai.

2.      Biologi dan kedokteran
Di dunia biologi muncul Charles Darwin. Pelayarannya menuju pulau Galapagos  dan beberapa tempat menyadarkan dia bahwa banyak fariasi spesies hewan. Hal itu membawa dia sapai pada spekulasi tentang pohon kehidupan. Di mana semua mahluk hidup berasal dari akar yang sama dan akhirnya bercabang membentuk anekaragam species. Darwin kemudian mengajukan terori Evolusi. Teori dasarnya adalah survival of the fittest, yaitu alam yang terus berubah selalu mempengaruhi perubahan setiap individu. Inilah yang disebut dengan seleksi alam. Si lemah akan punah dan yang kuat akan tetap hidup. Hal ini disebut sebagai adaptasi. Kemudian individu2 yang beradaptasi terebut berkembang dan menurunkan keturunannya. Di sinilah letak mekanisme evolusi, dan proses tersebut berjalan selama ribuan tahun.  Dalam The Origin of Species, Darwin mengambil perkembangan embrio sebagai bukti bahwa manusia berasal dari species yang lebih rendah.
Geoge Mendel pada tahun 1865 seorang biarawan dari Austria memperkenalkan prinsip-prinsip hereditas setelah melakukan berbagai percobaan dengan kacang-kacangan. Dia di juluki sebagai bapa genetika. James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 memperkenalkan struktur DNA (deoxyribo nucleid acid). Penemuan ini mempercepat laju perkembangan biologi mikro. Robert G. Edward dan Patrick Steptoe menjadi pionir perkembangan teknologi reproduksi manusia dengan menemukan teknik fertiisasi in vitro, yang secara populer dikenal dengan bayi tabung. Kemajuan teknologi ini digunakan oelh jutaan orang untuk menangani kasus ketidaksuburan mereka. Ian Wilmut pada tahun 1997 menggunakan teknik Somatic cell nuklear transfer (SCNT) untuk menghasilkan hewan yang sama persis dengan induknya.teknik ini disebut juga kloning. Teknik inilah yang memicu perkemangan teknologi sel punca (stem cell) yang menggunakan embrio, bahkan embrio manusia. Perkembangan terakhir pada tahun 2003 adalah dirampungkannya Human Genome Project (GHP) untuk merunut genom manusia.

3.      Sains dan ideologi
Ada perbedaan antara sains awal dan sains modern. Sains awal mengagumi alam dan karenanya mencari tahu apakah sesuatu itu dengan tujuan untuk dikontemplasikan seraya memuaskan akal budi manusia. Sedangkan sains modern mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja denga tujuan unutk digunakan sebgai alat pemuas dan kenyamanan bagi semua manusia. Hal inilah yang padagilirannya mempercepat laju budaya teknologis yang memahami semua hanya sekedar secara mekanis, akhirnya semua itu (sains dan teknologi modern) menyatu dalam kerangka ekonomi. Dari perkawinan inilah sains modern, yang sudah tak terpisahkan dari teknologi membentuk ideologi bahwa segala-galanya hanya bisa diselesaikan secara ilmiah. Akhirnya kebenaran-kebenaran yang ditemukan oleh sains modern semua netral dari nilai, menerapkan teknologi tanpa batas dan dengan sempurna teradaptasi di dalamnya. Budaya teknologis yang beroikir mekanis ini merupakan menifestasi dari keinginan manusia untuk memperoleh kebebasan total untuk menguasai dan membentuk ulang dunia, bahkan mendefinisakn ulang makna menjadi manusia.
Dalam bidang biologi, budaya baru ini membentuk ulang pemahaman-pemahaman pokok dan oleh karenanya menyebabkan keterbatasan permanen biologi modern. Keterbatansan itu adalah homogenisasi yang melihat bahwa tidak ada beda yang signifikan antara material dan manusia. Tendensi analitis dan reduktif yang memandang bahwa seluruh organisme hidup itu membingungkan dan terlalu sulit untuk ditelaah, maka lebih mudahlah mempelajari bagian perbagian, dengan demikian tercapailah bahwa manusia memiliki kontinuitas, kisah hidup, sejarah dan identitas sebgai seorang manusia yang unik. Materialisme yang memahami dan menjelaskan struktur dan aktivitas mahluk hidup melulu sebagai material sehingga memudahkan untuk diobservasi dan diukur sebgai obyek eksperimen. Non teleologis, dalam pemikiran ini mahluk hidup hanya dipandang sebagai mesin yang bergerak secara otomatis tanpa tujuan

B. Munculnya Bioetika
Term bioetika muncu l pertama kali karena interaksi antara dunia religius dengan dunia sekular. Term yang digunakan sebelumnya adalah etika pastoral atau etika medis. Van Renssealer Potter menyebut sebagai suatu disiplin ilmu baru yang menggabungkan antara pengetahuan biologis dan pengetahuan tentang sistem nilai manusiawi. Dalam visi Potter bioetika diharapakan dapat mengkritisai dan memberikan rambu-rambu yang perlu atas perkembangan sains, karena menurutnya dengan kemajuan sains dan teknologi keberlangsungan hidup umat manusia dapat terancam. Andre Hellegers (Pendiri Kennedy Institute of Ethics) menganggap bio etika sebagai maiuetika, yakni sebgai ilmu yang mampu menyatukan nilai-nilai melalui dialog antara ilmu medis, filsafat dan etika. Dia memperkenalkan bioetika sebagai suatu studi aspek2 etis dalam praktek klinis, maka ia memperkenalkan bioetika dalam dunia universitas.

1.      Etimologi
Bioetika berasal dari 2 term yaitu bios (kehidupan) dan ethos (kebiasaan). Secara etimologis artinya etika tentang kehidupan.  Namun kemudian menyempit dan bermakna sebagai aplikasi prinsip2 dan norma2 moral umum pada isu2 etis yang menyangkut hidup manusia, termasuk pelayanan kesehatan, praktik teurapist dalam obat-obatan dan psikologi, serta riset2 medis dan biologis. Definisi D’Agostino dan Palazzani: studi sistematis tingkah laku manusia di bidang ilmu tentang kehidupan dan ilmu tentang pemeliharaan kesehatan dalam terang nilai2 dan prinsip2 moral.
Bioetika menjadi jembatan antara ilmu alam (biologi/kedokteran) dan ilmu kemanusiaan (etika). Etika yang merefleksikan tentang nilai-nilai yang membedakan antara baik dan buruk dan tentang apa yang harus diperbuat oleh manusia untuk berbuat baik dan menghindari yang jahat, lahir dengan perhatian yang sama dengan biologi yang merefleksikan tentang manusia. Dialog antara fakta biologis dan nilai2 etis dapat dihindari dalam bioetika biologi bukan bebas nilai. Teknologi tanpa etika dapat membahayakan hidup manusia. Maka dari itu bioetika dapat juga disebut sebagai ilmu untuk bertahan hidup.

2.      Dua metode pokok: deontologis dan teleologis
Pendekatan yagn akan digunakan adalah pendekatan yang mencoba untuk tidak mengikuti distingsi awam-religius namun menyatukan keduanya dalam perspektif yang lebih holistik. Karena akal budi dan iman adalah hal penting yang tidak terpisahkan. Seperti dalam Teologi Fundamental, dalam etika ada 2 metode yang saling betentangan yaitu deontologi dan teleologis. Namun yg perlu dilakukan adalah melihat kedua pendekatan tersebut sebagai metode yang saling melengkapi. Metode deontologis pendekatannya memiliki lingkup yang lebih sempit dan bahaya jatuh dalam kasuistic. Sedangkan metode teleologis menilai suatu perbuatan untuk menolak atau menerima tdk hanya berdasarkan kodifikasi hukum tentang yang benar dan yang salah tapi dgn menentukan apakah suatu perbuatan sungguh efektif atau tidak untuk mencapai tujuan menjadi sungguh2 manusiawi dalam suatu konteks manusia. Untuk itu Etika teleologis membuka diri pada etika yang berdasarkan pada keutamaan. Namun perlu tetap seimbang, tidak bisa berat sebelah. Maka dari itu perlu mencermati pendapat Bohr.
Pendapat Bohr:
1)        Bioetika memiliki jangkauan yang lebih besar dari pada sekedar memperhatikan keputusan2 moral yg melingkupi prosedur2 yg bersangkut paut dengan kesehatan dan kehidupan seoran pasien. 
2)        Etika medis terlalu kasuistik dalam meneliti kelayakaan moral suatu tindandakan dan prosedur medis tertentu. Tindakan ini hanya menyuburkan pemikiran yang perhatiannya hanya tertuju pada menerapkan hukum dan peraturan pada kasus2 partikular. Ini akan menyebabkan mudah terjatuh dalam moralisme atau legalisme.
3)        Norma dan aturan sangat penting namun perlu diperhatikan maksud fundmentalnya dan dipahami dengan baik. Harus diingat bahwa maksud dan tujuan dari norma dan aturan untuk mlindungi nilai2 manusiawi yang menunjuk pada suatu visi yang menyeluruh akan kehidupan dan makna tertingginya.  Oleh karena itu dalam tradisi kristiani bioetika bergantung pada antropologi Kristen, pada visi injili tentang siapakah kita.
Maka dari itu meskipun akan memasuki bidang di luar teologi (bioetika) namun visi dasar Kristiani kita tdak boleh dilunturkan. Doalog antara intelektual dan iman perlu dilakukan. Dari dialog tersebut kita akan diperkaya dan pada gilirannya kita kana memperkaya dunia dengn visi kristiani kita, suatu visi yg tidak bertentangan dengan akal budi. Hal itu akan memperdalam makana tentang hakekat kita sebgai manusia.

3.      Bioetika yang berpusat pada pribadi manusia
Disusi bioetika tidak terpisah dari pemahaman tentang martabat dan hak asasi manusia. Maka ada garis batas bahwa studi etika kali ini terbatas pada manusia. Martahat manusia adalah nilai intrinsik khas manusia. Nilai ini penting dan dasar kokoh untuk bioetika. Adam Schulman seorang anggota badan penasehat etila untuk presiden Amerika membantu untuk mengklarifikasi empat sumber konsep martabat manusia: filsafat barat klasik, agama biblis, filsafat moral kantian, dan kontitusi dan deklarasi abad 20.

C. Martabat dan hak asasi manusia
Perspektif Yunani-Romawi: dignitas menunjuk pada martabat manusia. Artinya keyakan unutk mendapatkan penghoramtan dan penghargaan. Tdignitas bersal dari kata dignus (layak) atau dignitas (kelayakan). Konsep ini berdasarkan pada keunggulan manusia.  Ada suatu kelayakkan yang tertera secara intrinsik yang ada dalam diri manusia yang membuat dia ditinggikan dari mahluk lain. Manusia mesti mengemban sesuatu yang membuat dia dtinggikan di antara mahluk yang lain. Dalam tulisan Cicero, Mc A Crudden menganalisa, dignitas menunjuk pada martabat manusia sebagai manusia, tak bergantung pada status tambahan lainnya. Sekolah stois percaya pada martabat manusia dapat dikenakan bagi seluruh umat manusia, tnpa memandang latar belakang, status sosial atau prestasi2nya.  Hal ini dikarenakan manusia mempunyai akal budi dan diatas segalanya akal budi menginformasikan kepada kita bahwa segalsesuatu yang perlu untuk kebahagiaan kita ada dalam kontrol kita.  Maka dari itu kaum stois percaya tak satupun yang dapat seseorang katakan atau lakukan pada kita dapat merampas dri kita martabat dan integritas kita.
Perspektif biblis : imago dei konsep martabat manusia yang idasarkan pada wahyu ilahi yang tertulis dalam kitab suci memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada konsep yang didasarkan pada kebijaksanaan klasik. Perspektif biblis ini menawarkan manusia sebagai manusia yang diciptakan menurut citra Allah.  Implikasi dari konsep ini adalah bahwa manusia walau diciptakan secitra dengan Allah, ia bukanlah Allah melainkan ciptaanNya.  Perspektif ini cukup kuat namun tidak berlaku bagi agama2 non biblis dan para ateis. Namun perspektif ini dapat membantu kita untuk mengartikulasikan dan memikirkan dengan penuh perhatian intuisi terdalam kita tentang manusia, kemampuan, tingkah laku khususnya serta hak dan kewajiban yang kita percayai sebagai milik mereka. Meskipun perspetif ini teologis  namun tetap memberikan kepada kita pendasaran etis untuk memahami martabat manusia.
Perspektif Kantian: rationalitas dan bukan sarana. Imannuel Kant (abad 18) memberikan pengertian univesarl tentang martabat manusia bedasar pada pemikiran rational murni. Menurut Kant, manusia memiliki martabat karena otonomi rasionalnya yakni kemampuan manusia untuk dengan bebas menaati hukum moral yang mereka sendiri adalah pembuatnya. Etika Kant dapat dirumuskan sebagai berikut:  janganlah memperlakukan manusia seolah-olah dia hanyalah bukan pribadi manusia atau hargailah selalu pelaku moral sedemikian rupa sehingga mereka diperlakukan sebagai tujuan dalam diri mereka sendri. Kant menjadi bapa konsep modern martabat manusia. Perintah moral Kant tampak kuat namun dalam diskusi bioetis  argumen ini mempunyai titik lemah. Khususnya dalam meletakkan martabat manusia sepenuhnya pada otonomi rasional. Bagimana dengan bayi atau embrio yang belum memilliki otonomi rational? Maka jika mengacu pada pandangan Kant akan kesulitan dalam memandang keseluruhan martabat manusia dari perpektif otonomi rational.
Perspektif Konstitusi2 Modern: Pembukaan piagam PBB 1945 (isi liaht diktat): membela martabat dan harga manusia dari penindasan akibat perang. Piagam ini hendak mengatakan bahwa manusia memiliki martabat yang melekat pada dirinya, dan setiap manusia harus saling menghormati dan mengakui martabat tersebut. Dari piagam in disadari perlunya suatu hukum yang melindungi berbagai macam hak dan kebebasan yang kita sebut dengan hak asasi manusia. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948) art. 1 (isi lih. Diktat): manusia dilahirkan bebas dan setara.  Indonesia yang berdasarkan, Pancasila sila ke-2, menganut suatu prinsip yg menuntut agar manusia dihargai seturut martabatnya sebagai ciptaan Allah. Hal ini menekankan bawah masyarakt Ind tak dapat mentolerir tekanan fisik atau batian pada sesama manusia.
Jelas bahwa sekalipun dokumen2 unversal tersebut membahas tentang martabat manusia, namun dokumen2 tersebut tidak memberikan definisi secara eksplisit arti, isi, dan dasar dari martabat manusia. Dokumen2 tersebut hanya merefleksikan consensus politik antara bangsa2. Dan masih banyak bangsa2 yang memberlakukan pengertian mereak sendiri tentang martabat manusia sekalipun menyetujui deklarasi internasional ttg martabat manusia.
Kesimpulan: dari keempat perspektif di atas, perpektif yang ke 2 lah yang memegang peranan penting. Sebab perpektif ini menawarkan pandangan yang lebih menyeluruh terhadap pemahaman tentang martabat manusia, dan oleh karenanya menjadi dasar yang kuat bagi etika untuk membela martabat manusia dan menghormati manusia. Frencesco Compagnion, Ebehard Scohenhoff dan Michael J. Perry setuju akan peran penting pandangan teologis sebagai dasar dalam merumuskan martabat manusia.

D. Tubuh Manusia, Kesehatan dan penyakit
Makna tubuh dan biologisme. Tubuh manusia adalah manusia itu sendiri. Muncul pertanyaan, bagimana dengan jiwa? Dalam perkembangan sejarah ada perdebatan tubuh dan jiwa. Ekstrem yg mementingkan tubuh disebut biologisme dan jiwa disebut spiritisme. Antropologi Thomistik: mencoba menyatukan dua ektrem tersebut dan memberikan pendasaran. Manusia itu embodied soul (jiwa yang membadan). Dari definisi ini kita bisa melihat perbedaannya secara intelektual tapi defacto jiwa dan batdan itu menyatu dan merupakan satu kesatuan yang harmoni. Persatuan ini adalah persatuan psikosomatis, tubuh adalah jiwa, jiwa adalah tubuh.
Antropologi in bersumber pada Boethius. Substansia individua rationalis naturae, individu rasional yang berhakekat rational. Term substarnsia berarti suatu mahluk individu yang dengan jenis tertentu. Substansia tidak dapat kehilangan hakekat uatamanya dan ia terus bereksistensi. Rene Descart: tubuh manusia itu layaknya sebah mesin dan kekuatan yang menggerakkannya adalah jiwa. Jadi jiwa itu seperti hantu di dalam mesin. Pandangan inilah yang memunculkan pandangan ekstrem yang memandang tubuh sebagai mesin biologis (biologisme). Biologisemu memiliki kecenderungan mandang aktivitas tubuh melulu dari sudut material. Hal ini dikarenakan oleh ciri khas sains yaitu tersedianya data yang dapat diobservasi, diukur dan diakui dari berbgai kalangan. Maka biologisme meredusir manusia ke tingkat benda-benda. Biologisemu juga menanyakan bagiamana tubuh bekerja. namun karena manusia adalah sesuatu yang kompleks maka analisa harus dipersempit. Maka kemudian biologisem mempersempit pandangan tentang manusia berdasarkan bagian2 tubuhnya saja.
Kehidupan kekal: menurut Thomas Aquinas tujuan akhir hidup manusia adalah kebahagiaan sejati dalam Allah. Ia mengajarkan aa kebahagiaan sejati dalam Allah dan manusia harus mengejar itu. Keh\bahagiaan sejati itu disebut sebgai visio beatifika dan visio ini akan dialami sepenuhnya dalam kehidupan kekal.
Sehat: secara etimologis kata sehat berasal dari kata healing (kesembuhan), holliness(kekudusan), dan wholeness (keseluruhan). Semua itu mengarah pada satu konsep kelengkapan (completeness) yaitu keseluruhan yang mempunyai bagiannya. Dalam kisah ini orang yg cacat tubuh dianggap kurang sehat karena ada bagian tubuhnya yang tidak lengkap. Kesehatan dapat juga dipahami sebagai keadaan yang lengkap secara fungsional. Maksudnya, seluruh tubuh dapat bekerja sama dengan harmonis. Maka sakit dalam hal ini adalah terjadinya disfungsi masing2 anggota tubuh. Namun konsep keehatan ini dipandang secara sempit dalam dunia medis yg dipengaruhi oleh mntalitas sains yang berdasarkan kwantifikatisi. Defini kesehatan disimpulkan dengan mengambil data2 fisik yang dilakukan secara umum (generalisasi). Padahal batas2 kesehatan yang diberikan oleh medis tidak dapat diterapkan pada semua individu yang mempunyai latar kultur yang berbeda-beda. Misalnya masing2 ras/suku punya standar kesehatan sendiri (secara medis). Definisi kesehatan seharusnya lebih luas dari pda ukuran2 tertentu, karena organisme itu sendiri merupakan kemungkinan yang terbuka. Kesehatan mencakup keutauhan struktur dan fungsi organisme manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. Dari sudut Kristianitas ada juga kesehatan spritual.
Sakit: dipandang sebagai tidak berfungsinya organ2 yang dimiliki oleh tubuh. Asley dan O’Rourke: membagi penyakit menjadi 2 yaitu: Pertama Ontologis: penyakit adalah suatu entitas tersendiri yang dpat diklasifikasikan dan diberi nama. Penyangkit dianggap suatu serangan dr luar yagn merusak harmoni tubuh. Penyembuhan dilakukan dengna mengidentifiksai (mengenali) penyakit tersebut dan mancari penangkal dan metode penyembuhannya (pengobatan atau pembedahan) Kedua, Fisiologis: kerusakan bagian dalam tubuh yang biasanya berfungsi harmonis. Hal ini disebabkan cara kerja tubuh yang berlebihan (hiper) atau kurang (hipo). Hal ini menyebabkan organisme lemah dan mendapat serangan dari luar. Penyakit tipe ini tidak dapat dikenali dan diberi nama karena penyakit ini merupakan kondisi indifidual dr oraganisme yg mengalami disfunsi. Penyembuhan penyakit ini dengan mengubah gaya hidup dan laithan. Menggnakan pembedahan atau pengobatan bukan solusi yang diutamakan.
Obat dan opengobatan: medicine (Ingg) ada bermacam2 definisi antara la1n: 1. Suatu obat atau peyembuhan; 2. seni menghindari, merawat dan membantu dalam penyembuhan penyakit dan merewat yang terluka; 3. Perawatan atau pengobatan secara medis terhadap suatu penyakit sebagaimana dibedakan dari pengobatan dengan pembedahan.
Dari ketiga defini tersebut term medicine menyangkut: bahan kimia, seni dan relasi antar manusia. Maka pengobatan bukan hanya berarti obat melainkan juga suatu seni menghindari, merawat, dan membantu orang lain. Dari situ dapat dilihat hub relasional antara dr dan pasien, sebagai sesama manusia.

E. Tanggung Jawab Pribadi atas Hidup dan Kesehatan
Sumpah Hippokrates menyuratkan kepda para dokter untuk menyarankan gaya hidup, obat dan pembedahan. Gaya hidup maksudnyaadalah pola hidup sehat. Maka bertanggung jawab atas kesehatan tidak hanya pergi ke dokter tapi juga menja gaya hidup agar tetap sehat. Masyrakat modern cendertung pada gaya hidup yang kurang sehat dan menggantungkan diri pada obat atau pembedahan. Maka dari itu mengutamakan pola hidup sehat membutuhkan perombakan besar dalam pola pikir dan seluruh tatanan masyrakat modern. Pola hidup sehat juga perlu diterapkan dalam sekaral sosial. Lingkugan alam yang kurang sehat juga tidak mendukung kesehatan manusia. Maka dari itu lingkungan alam perlu dijaga agar mendukung hidup sehat.
Masyrakat modern memiliki pola hidup yang dipadati oleh pekerjaan dan ini menyebabkan mereka tidak memiliki waktu untuk refleksi dan meditasi. Hal ini akan berpengaruh paa kesehatan mental seseorang, ereka akan mengalami kekosongan, hidup tanpa arti, dan kesepian yang absurd, karena hubungna antar pribadai menjadi nol.

BAGIAN DUA
BIOETIKA KRISTIANI

A.    Allah Sang Pencipta dan Pecinta Kehidupan
Pembahasan tentang manusia sebagai gambar dan rupa Allah sebagian besar ditemukan dalam kitab Kejadian (Kej), Perjanjian Lama (PL). Pola pikir dalam kitab Kej sangat berbeda dengan pola pikir skolastik yang menekankan distingsi dan penjelasan yang detil-rasionalistis. Dasar pemikiran teologis bioetika Kristiani adalah kebijaksanaan yang terkandung dalam Kitab Kejadian. Untuk mengetahui hal itu, kita perlu melihat garis besar pesan teologis dalam kita Kej. Pertama, dalam Kej 1-3, pelaku utama adalah Allah sebagai Sang Pencipta. Ide dasar bahwa Allah adalah Sang Pencipta merupakan ide dasar penting yang mewarnai pemikiran teologis umat Israel dan Gereja. Kisah penciptaan lebih dimengerti sebagai teologi jika fokus pada Allah. Manusia bukan pusat dari kisah penciptaan. Kisah Kej 1-3 mewartakan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta. Kedua, kisah penciptaan dalam Kej tidak menjwab semua pertanyaan atau memecahkan seluruh persoalan yang berhubungan dengan penciptaan. Ketiga, mengerti dengan baik arti penciptaan Adam dan Hawa. Berbagai arti kta Adam menjelaskan bahwa kitab Kej tidak menulis tentang penciptaan dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin, tetapi penciptaan seluruh umat manusia secara kolektif. Kej adalah suatu kisah tentang kehidupan kita. Kej menampilkan manusia muncul ke permukaan kala kehidupan dipaparkan Allah. Kej mengajak untuk memahami manusia secara lebih jelas dan mengerti manusia sebagai suatu keseluruhan. Kej adalah metafora kehidupan kita, suatu bentuk ikon kehidupan yang memampukan manusia untuk membandingkan dan menata kembali kehidupannya. Dalam Kej Allah dipahami sebagai Allah yang berperan aktaif dalam kehidupan kita. Pemaparan awal tentang kitab Kej memberi makna yang akan mewarnai pemahaman tentang manusia dalam berhadapan dengan pemikiran-pemikiran yang modern.

1.      Mahluk Ciptaan
Pengertian paling mendasar tentang manusia dalam seluruh Alkitab adalah manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Gelar “gambar dan rupa Allah” hanya diberikan pada manusia, bukan ciptaan lain. Sehingga memberikan kesan bahwa manusia itu istimewa dan terpisah dari ciptaan lain. Kata “gambar” mengandung pengertian penampilan fisik. Kemiripan antara Allah dan manusia bukan hal yang substansial tetapi lebih fungsional. “Gambar” menjelaskan bahwa manusia adalah wakil yang layak akan kehadiran Allah di dunia. Kta “rupa” menggarisbawahi bahwa manusia hanya dicipta mirip dengan Allah dan karena itu berbeda dengan Allah. Secara sistematik “gambar dan rupa” mengandung arti baik kemiripan dan perbedaan antara manusia dengan Allah. Pemahaman biblis bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah lebih menjelaskan tentang relasi manusia dengan Allah. Kej tidak mengajarkan bahwa manusia adalah clone Allah, tetapi menggarisbawahi perbedaan besar antara Allah dengan manusia. Kej mengajak kita merayakan siapa kita dan tempat kita di antara ciptaan lain, dimana kita sedikit lebih rendah daripada Allah. Manusia adalah rekan Allah, wakil Allah yang “berkuasa” di bumi tetapi tidak untuk semena-mena, melainkan untuk menjadi pelayan Allah dalam memelihara alam semesta yang dipercayakan pada mereka. Kej mau menekankan bahwa betapapun mulianya manusia dihadapan ciptaan lain, ia tetap ciptaan Allah dan Allah adalah Sang Pencipta tunggal.
2.      Kesatuan Total
Kisah penciptaan berbicara tentang diciptanya manusia dari tanah dan Allah menghambusi tanah berbentuk manusia sehingga manusia hidup. Sebaiknya kita tidak membaca kisah penciptaan yang mengerti bahwa jiwa dan raga terpisah. Kisah penciptaan hendak menyampaikan bahwa manusia itu rapuh dan lemah, dan Allah jauh lebih kuat dan berkuasa dari manusia. Teks kisah penciptaan ditulis dalam bentuk naratif, dimana pengarang mau menunjukkan bukan bahwa Allah menciptakan dua elemen yang berbeda, tetapi hidup manusia yang satu dan total. Semua pembahasan tentang penciptaan manusia merujuk ke satu poin yaitu manusia berada pada satu kesatuan total.
3.      Kesetaraan Radikal
Konsekuensi logis dari diciptanya manusia menurut gambar dan rupa Allah adalah bahwa manusia saling berbagi hakekat sebagai mahluk ciptaan. Manusia setara dan berbagi kemanusiaannya dengan sesamanya meskipun masing-masing memiliki keunikkannya sebagai individu. Kesetaraan manusia, di luar perbedaan yang ada, mendapat pendasaran biblis dalam penciptaan manusia perempuan sebagai rekan manusia lelaki. Kej 2:18 mengisahkan tidaklah baik jika lelaki sendirian. Hal ini tidak menunjuk pada seksualitas, tetapi pada ketidaksetaraan manusia dan hewan. Binatang bukan rekan sederajat manusia, sehingga Sang Pencipta berpendapat bahwa menciptakan manusia seorang diri adalah hal yang negatif sehingga diciptakan manusia penolong yang lain yang sepadan dengan manusia itu. Frase “tidaklah baik jika manusia itu seorang diri” menggarisbawahi pentingnya pengakuan bahwa manusia yang satu dengan yang lain adalah sederajat dan mereka bersama-sama membentuk komunitas umat manusia. Tentang peciptaan perempuan, Kej 2 tidak hanya menyatakan bahwa seksualitas itu baik dan dikehendaki Allah, tetapi juga menyatakan bahwa manusia tidak akan pernah bisa menemukan makna terdalam keberadaannya sebagai manusia. Manusia hanya dapat menemukan makna hidupnya dalam komunitas umat manusia, karena hanya komunitas umat manusia yang memunculkan kemanusiaan sejati. Kegembiraa manusia lelaki dalam menyambut manusia perempuan menunjukkan rasa syukur pada Allah yang memberi penolong yang sederajat dengannya. Konsep ini menggarisbawahi kesetaraan antar manusia di tengah segala macam perbedaan, termasuk perbedaan jenis kelamin. Manusia secara radikal setara satu sama lain, tak seorangpun menurut tata penciptaan dapat mengklaim bahwa dirinya lebih tinggi daripada yang lain. Komisi Kitab Suci Kepausan melihat diciptanya manusia secitra Allah mengemban makna kesucian hidup manusia dan martabatnya sebagai pribadi suatu ‘ada relasional’ yang mampu berhubungan secara personal dengan Allah sebagai penciptanya dan dengan orang lain sebagai sesama yang sederajat. Penciptaan manusia secitra dengan Allah menyediakan dasar teologis yang kokoh untuk martabat manusia karena alasan-alasan berikut:
Pertama, menurut kisah penciptaan manusia memiliki tempat khusus di antara ciptaan-ciptaan lain, karena manusia dianugerahi dengan martabat. Martabat ini dianugerahkan Allah agar manusia mampu berelasi secara khusus denganNya. Kedua, Sang Pencipta merupakan penganugerah tunggal martabat pada manusia, sehingga tak seorang manusia pun dapat mengklaim bahwa mereka yang menganugerahkan martabat kepada sesamanya. Ketiga, kisah penciptaan menggarisbawahi pentingnya pengakuan bahwa Allah adalah Sang Pencipta dan manusia adalah ciptaan. Dimana manusia harus mengakui dan sesamanya sebagai rekan yang sederajat. Nilai hakiki manusia manjadi semakin intens dalam inkarnasi Yesus Kristus, Anak Allah. Inkarnasi bukan saja bersangkut paut dengan misteri iman kita, tetapi juga menyentuh setiap tindakan etis kita seraya memberinya arah. Yesus Kristus sebagai citra Allah menunjukkan pada kita dengan inkarnasinya bagaimana hidup dengan sungguh sesuai citra Allah.

4.      Penciptaan Berlanjut dalam Prokreasi
Dasar teologis membahas martabat manusia, yakni ia diciptakan secitra dengan Allah. Penciptaan tidak berhenti tetapi terus berlanjut dalam prokreasi, yakni dalam dikandungnya anak. Manusia bukan memproduksi tetapi melahirkan anak dengan pertolongan Allah. Manusia mendapat tanggung jawab khusus dan tertinggi dari Allah dalam pemberian hidup melalui pengadaan keturunan oleh pria dan wanita dalam perkawinan. Bukan manusia yang mencipta atau membuat keturunan, penciptaan hanya direservir oleh Allah sebagai pencipta tunggal. Allah terus berlanjut mencipta sepanjang sejarah. Citra Allah diteruskan melalui pengadaan keturunan. Hal ini mengandaikan bahwa manusia menerima tugas suci dari Allah untuk menjadi rekan penciptaNya dalam prokreasi. Tindakan menurunkan anak, tidak hanya melahirkan seseorang yang serupa dengan kita manusia, tetapi juga bekerja sama dengan Allah, kita meneruskan citra Allah kepada keturunan kita. Manusia sejatinya adalah sesama kita yang sederajat, namun dengan kesombongannya mereka ingin menjadi allah atas sesamanya.
5.      Bertindak sebagai Allah dan Menyangkal Diri sebagai Ciptaan
Mentalitas manusia zaman modern ini adalah menentang tata cara penciptaan dan pada saat yang sama menolak adanya Allah. Rasa akan Allah yang hilang ini tereskpresikan dalam bertindak sebagai allah, pencipta. Yang dimaksud di sini adalah tingka laku manusia terhadap sesama dan  lingkungannya. Dalam bertindak sebagai Allah manusia menentang hakekatnya sebagai ciptaan. Bertindak sebagai Allah merupakan hasil kesalah pahaman tentang anugerah dan tugas dari Allah untuk ‘menguasai’ semesta alam. Kitab Kej tidak menunjukkan bahwa kita dimaksudkan untuk mengeksploitasi alam. Kesalahpahaman akan hal ini berakibat lebih buruk dimana manusia tidak hanya mengeksploitasi alam tetapi juga mengeksploitir sesama. Menawarka suatu iman akan Allah pada masyarakat modern merupakan suatu hal yang sah. Iman menjadi suatu kritik atas kecenderungan manusia untuk menjadi dan bertindak sebagai Allah. Nilai yang ingin kita pertahankan sebenarnya sederhana tetapi amat mendalam, yakni mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan kita manusia adalah ciptaan yang saling berbagi kesederajatan dengan manusia yang lain.

6.      Perumpamaan “Orang Samaria yang Baik Hati”
Setelah berdiskusi tentang manusia, sekarang kita berdiskusi tentang cara memperlakukan sesama manusia. Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, kita memahami apa arti sesama dan apa yang patut dilakukan terhadap sesama. Pendektan Yesus yang radikal pada relasi antar manusia menjadi kerangka acuan dalam refleks teologis cinta pada sesama. Cinta bukan sesuatu yang pasif, tetapi sejati bergerak untuk mempengaruhi tindakan kita. Cinta berasal dari tindakan Allah mencintai kita yang kita alami, dan pengalaman ini menggerakkan kita mencintai sesama kita. Tindakan cinta Allah menjadi dasar kuat untuk tindakan cinta kita. Ajaran Yesus tentang cinta pada sesama tersaji dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Dalam perumpamaan ini seorang ahli Taurat yang mencobai Yesus dengan pertanyaan “Siapakah sesamaku manusia”. Dalam benaknya ahli Taurat berpendapat sesama manusia adalah seorang yang membutuhkan belas kasihan. Tetapi Yesus menentang konsep salah ini, sesame manusia bukanlah obyek yang harus ditolong, tetapi siapakah yang menolong.

B.     Yesus Kristus, Sang Penyembuh Agung
James Gustafson: “Kristus adalah sang norma untuk menerangi bagaimana seorang Kristen itu seharusnya dan apa yang harus ia lakukan dalam tingkah lakunya; Kristuslah norma utama yang mengharuskan bagi mereka yang ingin mengatur hidupnya sebagai murid-Nya.”
1.      Penyembuhan Kristus
Meier: “adalah fakta historis bahwa Yesus melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa/ mujizat-mujizat” (diantaranya mujuzat untuk penyembuhan). Fakta historis tersebut menunjukkan bahwa penyembuhan Kristus bukan mitos atau dongeng. Yesus juga memerintahkan karya penyembuhan-Nya itu kepada para muri-Nya sebagai bagian dari pembangunan Kerajaan Allah sejak saat ini dan di sini. (Mat 10:5-15). Penyakit yang tidak tersembuhkan memang dapat dimaknai sebagai bentuk ambil bagian dalam penderitaan Kristus, tetapi terlalu gegabah jika semua penyakit dianggap “salib” Kristus. Penyakit adalah bagian dari misteri kejahatan.





Point Penting (McNut)
Allah bergembira atas kepenuhan hidup kita: Allah adalah Sang pecinta kehidupan yang berlimpah (Yoh 10:10). Melalui kehadiran Yesus, Allah hadir lebih dekat dengan manusia dan menyatakan kuasa-Nya dalam karya penyembuhan yang dilakukan Yesus. Allah ingin kita menjadi utuh, sehat baik badan, pikiran dan jiwa. (Alasan karya penyembuhan Kristus dan dilanjutkan para muridNya).
Penyakit adalah kejahatan: Penyakit adalah bagian dari kejahatan, meskipun kebaikan mungkin muncul darinya. Penyakit tidak secara langsung dikehendaki Allah. Thoman Aquinas (dalam De Malo) “Penyakit merupakan suatu konsekuensi dari dosa asal, suatu keadaan ‘jahat’ di mana manusia dikandung dan dilahirkan. Penyakit juga dapat jadi kesempatan untuk menghindari dosa dan mengembangkan keutamaan, jadi ia diselamatkan.(Thomas mengutip Yoh 9:3). Yesus memberi kita kuasa untuk bekerjasama dengan kuasa kebagkitanNya, untuk menyembuhkan si sakit dan dunia yang sakit. Baca Rm. 20-21
Kematian sebagai jawaban: Kerapkali orang berpikir sia-sia berdoa mohon kesembuhan sebab pada akhirnya cepat atau lambat kita semua akan meninggal. Kita perlu berdoa memohonkan penyembuhan bagi mereka yang menurut kebijaksanaan kita patut sembuh.  
Sarana tercapainya sesuatu yang lebih luhur: Beberapa (TIDAK SEMUA) penyakit dapat menjadi sarana tercapainya sesuatu yang lebih luhur. (contoh: kebutaan paulus, dll.). Kita tidak boleh gegabah menganggap semua penyakit bertujuan luhur. McNut, “Menurut PB, umat Kristiani Wajib berdoa agar penyakitnya disembuhkan. Penyakit yang menyelamatkan perkecualian, BUKAN hukum.”

2.             Sakramen-sakramen Penyembuhan
Kita ciptaan BUKAN pencipta jadi kita gak seagung Sang Pencipta. Sebagai ciptaan kita mengemban kekurangan dan kelemahan dan berada dibawah sengsara, penyakit dan kematian. Yesus mengutus Gereja untuk melanjutkan karya pelayanan pemyembuhan-Nya dan keselamatan-Nya dalam kekuatan Roh Kudus (KGK 1421).

Ada 2 sakramen penyembuhan:
a.      Sakramen Rekonsiliasi/Tobat
Tujuannya berdamai dengan Allah. Buah hasilnya, “Memberi kembali kepada kita rahmat Allah dan menyatukan kita dengan Dia dalam persahabatan yang erat” (KGK 1468). Sakramen ini memulihkan perdamaian manusia dengan Allah dan sesame serta seluruh ciptaan. Penyakit =dis-harmoni pribadi manusia. Dosa sumber subur dis-harmoni. Sakramen Rekonsiliasi (yang diterima dan dihayati sungguh-sungguh)→meghapuskan dosa→manusia pulih lagi→Manusia menjadi manusia yang harmonis lagi→dis-harmoni manusia yang menyumberkan disembuhkan.

b.      Sakramen Pengurapan Orang sakit
Gereja mendapat perutusan untuk menyembuhkan orang sakit. (baca Mrk 16:18). Gereja menemani si sakit dengan doa-doanya yang memohon kesembuhan yang menyeluruh. Jika tidak terjadi penyembuhan, Gereja tetap menemani dengan doa-doanya, agar si sakit dapat dengan bebas dan ikhlas ambil bagian dalam sengsara Kristus, sengsara ini bkn tnpa arti. Sakramen ini tidak sama dengan sakramen terakhir/ untuk mempercepat kematian. Sakramen ini sama dengan sakramen penyembuhan. Tp bisa juga buat bekal perjalan ke hidup abadi (bagi yg uda sekarat). Buah dari sakramen ini, Kekuatan, Ketenangan, Kebesaran Hati (menghadapi kesulitan penyakit, kelemahan usia lanjut), dan Kesembuhan jiwa.

     Prinsip Dasar Moral
1.      Hidup Anugerah Allah→manusia TIDAK BOLEH mengklaim ia berkuasa atas hidup orang lain atau dirinya sendiri.
2.      Manusia WAJIB menghormati, mencintai, membela kehidupan→karena hidup itu suci.
3.      Kehidupan=INVIOLABILITY (tidak dapat diganggu gugat)
4.     GS art. 27 menentang perbuatan yang menghapus hidup manusia, pembunuhan ras, euthanasia, bunuh diri bebas, kekerasan pada keutuhan manusia (mutilasi, tekanan psikologis).
  
      Norma-Norma Moral Kristiani
1.      Larangan Membunuh, Merugikan kesehatan, mutilasi, merugikan lingkungan.
·         Larangan Membunuh (diatur dalam KGK 2268)
·         Sikap mengabaikan/melalaikan
·         No Aborsi (KHK 1398)
·         No Euthanasia (KGK 2277)
·         Larangan merugikan kesehatan=menjaga kesehatan
·         Mejaga kesehatan dengan sarana biasa (WAJIB), sarana luar biasa (BOLEH)
·         Larangan mutilasi karena mempertahankan keutuhan manusia sebagai ciptaan (totalitas).
2.      Perbuatan Akibat Ganda (Double Effect/Duplex effectus)
·         Perbuatan itu sendiri harus baik/ indiferen.
·         Efek langsung harus baik, bukan dihasilkan dari efek buruk.
·         Intensi/maksud perbuatan harus baik, efek buruk tidak secara langsung dimaksudkan.
·         Harus ada alasan berat yang proposrsional untuk melakukan tindakan.
3.      Kerjasama Kooperasional
·         Kerjasama untuk sesuatu yang buruk
4.      Persetujuan bebas dan dipahami (Free and informed consent)
·         Kompetensi (harus tahu dengan jelas)
·         Kebebasan dari paksaan
·         Informasi yang cukup
5.      Prinsip Konfidensialitas
·         Prinsip menjaga rahasia profesi untuk menjaga nama baik pasien, pelanggaran prinsip ini akan terkena sanksi keadilan.
·         Pelanggaran dapat dilakukan jika menyangkut kebaikan bersama (Bonum commune).

  Pembuktian Kebenaran dan Pengandaian Kesalahan (Resensi dan Kajian Moral atas Film DOUBT)   (Oleh: Werenvridus Sadan, dkk)     I  ...