Kamis, 19 Oktober 2023

 

Pembuktian Kebenaran dan Pengandaian Kesalahan

(Resensi dan Kajian Moral atas Film DOUBT) 

(Oleh: Werenvridus Sadan, dkk)

  

I      Sinopsis Film DOUBT

Film Doubt mengambil setting Gereja Katolik Santo Nicholas di Syahdan, kawasan Bronx, New York. Bapa Flynn adalah pastor paroki di Gereja yang berdiri tahun 1964 ini. Bapa Flynn digambarkan sebagai sosok yang ramah, baik dan bersahabat. Di gereja inilah, ihwal keraguan disuguhkan kepada umat ketika Bapa Flynn berkotbah tentang “Apa tindakanmu saat ragu?”. Bapa Flynn di penghujung kotbahnya mengatakan: “Keraguan dapat menjadi ikatan yang sama kuat dan menyokong seperti kebenaran.”

Di samping Gereja Santo Nicholas terdapat sekolah untuk anak-anak remaja, sebut saja SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sekolah ini dikepalai Suster Aloysius. Suster Aloysius adalah seseorang yang berkepribadian tegas, kaku dan konservatif. Lihat saja, sikap suster Aloysius yang tidak mengijinkan siswa menggunakan Bulpoin, lagu profan tidak boleh dinyanyikan dalam perayaan Natal dan minum teh dengan racikan tiga kaping gula tidak diperkenankan.

Seorang anak kulit hitam, Donald Miller, mendapat kesempatan untuk masuk dalam pelayanan baik di Gereja tempat Bapa Flynn bertugas maupun di sekolah yang dipegang Suster Aloysius. Di Gereja, Donald, nama panggilannya, diberi kepercayaan menjadi putra Altar. Donald juga diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan di sekolah Suster Aloysius. Sayangnya, keberadaan Donald tidak dihargai semua orang. Bapa Flynn menjadi malaikat pelindung bagi Donald di tengah keteralienasian yang dialaminya.

Pada suatu hari, Bapa Flynn memanggil Donald ke kantornya. Setelah keluar dari kantor Bapa Flynn, Donald terlihat ketakutan; lebih dari itu: dari mulutnya tercium bau alkohol. Keanehan pada diri Donald dilihat oleh Suster James, suster rekan dari Suster Aloysius, juga tenaga pengajar di sekolah Santo Nicholas. Suster James yang melihat hal itu menenggarai bahwa Bapa Flynn melakukan hal yang buruk pada Donald. Asumsi Suster James semakin bertambah mana kala ia mendapati Bapa Flynn secara diam-diam meletakkan sesuatu di dalam loker penyimpanan milik Donald. Suster James memeriksa loker itu dan menemukan bahwa yang ditaruh Bapa Flynn adalah kemeja. Suster James memberitahukan kejadian ini kepada Suster Aloysius dan juga segala kecurigaannya.

Laporan Suster James semakin menambah rasa curiga Suster Aloysius terhadap Bapa Flynn. Suster Aloysius memang sudah menaruh curiga pada bapa Flinn. Kecurigaan itu didasarkan pada kepindahan Bapa Flynn yang mendadak; yakni dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Santo Nicholas adalah paroki ketiga yang disinggahi oleh Bapa Flynn. Menurut presumsi negatif Suster Aloysius, Bapa Flynn pasti melakukan hal-hal buruk di paroki-paroki sebelumnya. Hal ini semakin ditegaskan tatkala Suster Aloysius melihat kejadian di mana Bapa Flynn memegang paksa pegelangan tangan William London, seorang siswa yang suka berbuat nakal. Dari kejadian-kejadian ini, Suster Aloysius menarik kesimpulan bahwa Bapa Flynn adalah seorang  pedofil. Maka dari itu, Suster Aloysius bertekad akan membuka samaran Bapak Flynn.

Untuk itu, Suster Aloysius memanggil baik Bapa Flynn maupun Suster James ke Katornya untuk membahas masalah itu. Saat pertemuan bergulir Suster Aloysius meminta dengan paksa, bahkan dengan nada penuh tuduhan agar Bapa Flynn menjelaskan perbuatan yang dilakukannya pada Donald. Lantaran dipojokkan, Bapa Flynn mengatakan alasan mengapa Donald dipanggil; yakni untuk menyelesaikan pelanggarn yang dilakukan Donald: ia minum anggur altar. Alasan yang diberikan Bapa Flynn ini melegakan Suster James, tetapi Suster Aloysius tidak mempercayai Bapa Flynn. Ia masih meragukan apa yang dikatakan Bapa Flynn, dan karenanya ia memanggil Nyonya Miller, ibu Donald, untuk membuktikan keyakinannya.

Dari pembicaraan dengan Nyonya Miller, keyakinan Suster Aloysius semakin dikokohkan. Menurut pengakuan Nyonya Miller, Donald memang memiliki kelainan seksual. Hal inilah mendorong Suster Aloysius untuk menyingkirkan Bapa Flynn dari lingkungan gereja Santo Nicholas. Suster Aloysius memperoleh kemenangan atas Bapa Flynn. Bapa Flynn dipindah-tugaskan ke paroki lain. Akan tetapi, keberhasilan ini menyisakan keraguan yang amat mendalam dalam diri Suster Aloysius. Adapun penyebabnya adalah Suster Aloysius mengakui bahwa ia tidak mendapatkan bukti atas tuduhan atau kecurigaannya terhadap Bapa Flynn. Kecurigaan terhadap Bapa Flynn hanya didasarkan pada keyakinannya belaka.

Apabila kita mengikuti jalan cerita film ini sampai selesai, kita juga tidak tahu apakah Bapa Flynn memang seorang fedofil atau bukan – tidak diberikan jawaban. Di sinilah letak kehebatan film ini; di mana kita dalam memberikan penilaian dan keputusan moral seringkali dihinggapi keraguan.

 

II    DOUBT dan Persoalan Moral

2.1. Keraguan

Hati nurani adalah senjata yang ditanamkan Allah dalam diri manusia. hati nurani, tempat Allah bersemayam, diperuntukkan sebagai kompas yang menuntun tingkah laku manusia; dan dapat pula sebagai barometer untuk menindak sebuah objek perbuatan susila. Untuk yang terakhir disebutkan, hati nurani mengerakkan seseorang untuk mengambil jarak terhadap penilaian moral ketika seseorang dihadapkan pada pilihan untuk bertindak atau tidak. Pada saat seperti inilah hati nurani bisa menjadi ragu-ragu. Jika seseorang dihadapkan pada suara hati yang bimbang atau ragu-ragu, seseorang tidak boleh bertindak. Sebab melakukan tindakan tertentu dengan hati nurani yang ragu-ragu, berresiko untuk masuk ke dalam dosa dan ketidak-adilan.[1]

Dalam film DOUBT, persoalan hati nurani yang ragu-ragu Suster Aloysius sangat menarik untuk dicemati. Suster Aloysius sebenarnya ragu untuk menilai benarkah Bapa Flynn sungguh  seorang fedofil sebagaimana ia akui sendiri? Keraguan Suster Aloysius ini juga dirasakan oleh Suster James yang turut mencurigai Bapa Flynn. Kecurigaan Suster James muncul kembali karena ia melihat kesungguhan tekad Suster Aloysius untuk membongkar kedok Bapak Flynn.  Padahal, setelah ia mendengarkan alasan mengapa Bapa Flynn memanggil Donald kecurigaan itu perlahan-lahan mulai meninggalkannya. Keraguan kedua dilanda hati nurani yang ragu-ragu.  

Dalam perspektif moral, seharusnya baik Suster James dan Suster Aloysius menunda untuk membuat keputusan sampai mereka memperoleh kepastian atau kebenaran mengenai apakah Bapak Flynn memang seorang fedofil. Apabila keraguan itu terus melanda tanpa ada kepastian yang jelas, maka keduanya dapat menerapkan prinsip apa yang disebut prinsip refleks, yakni presumsi berpihak kepada terdakwa; suatu kejahatan tidak boleh diandaikan, melainkan harus dibuktikan; bukti yang menguntungkan harus ditafsir secara longgar, sedangkan bukti yang memberatkan harus ditafsir secara sempit.[2]

Pada titik ini, sampailah kita pada kesimpulan bahwa Suster James melupakan kaidah penilaian moral ini, terutama Suster Aloysius yang tidak henti-hentinya menyudutkan Bapak Flynn sampai-sampai berniat mengusir Bapak Flynn dari Paroki Santo Nicholas, meskipun hanya berbekal bukti yang didasarkan pada asumsi belaka.

2.2. Kecurigaan

Kecurigaan tanpa alasan adalah kecenderungan untuk berpikir buruk mengenai sesama tanpa alasan.[3] Sikap seperti ini bertedensi untuk mengedepankan prasangka-prasangka negatif dan mengabaikan pencarian kesahihan bukti di lapangan. Karena itu, sikap ini secara moral tidak dapat dibenarkan. Alasannya adalah sikap ini tidak didasarkan pada keyakinan pasti, tetapi lebih pada tuduhan negatif yang tak beralasan; dapat pula didasarkan pada perkiraan buruk mengenai sesama. Ini sangat merugikan kehormatan personal dan sosial seseorang.    

Dalam film DOUBT, sikap curiga mengejewantah dalam diri Suster Aloysius dan Suster James. Selain Kecurigaan buta Suster James terhadap Bapa Flynn menggerakkan dia untuk melaporkan kecurigaan yang ada dalam benak kesadarannya itu kepada Suster Aloysius. Menurut hemat penulis, tindakan Suster James memberitahukan kecurigaannya kepada Suster James hanya untuk mencari dukungan. Tindakan semacam ini malah membesar-besarkan sesuatu yang tidak pasti. Ketika hal-hal negatif diperbincangkan cendrung ada upaya untuk meluaskan domain hal itu. Ada juga kecurigaan buta Suster Aloysius muncul dari proses kepindahan Bapa Flynn yang tidak lazim, tindakan Bapa Flynn menarik paksa tangan William London, informasi dari Suster James, pembicaraan dengan ibu Donald dan penafsiran atas raut muka Bapa Flynn. Kecurigaan Suster Aloysius ini membuatnya merasa tak wajib untuk memperoleh  bukti yang pasti. Suster Aloysius mendasarkan buktinya hanya pada keyakinan yang dipegangnya untuk memastikan bahwa Bapa Flynn adalah seorang fedofil. Suster Aloysius rupanya lupa bahwa kebenaran tidak diperoleh hanya dengan mendasarkan diri pada rentetan pengamatan yang perifial. Padahal sesuatu itu baru dikatakan kebenaran bila diteguhkan dengan penemuan bukti yang tak terelakkan. Pada poin inilah Suster Aloysius melakukan kesalahan. Bukti yang dipegannya hanya diasalkan dari asumsi. Padahal, asumsi tidak dapat digunakan untuk memperoleh validitas kebenaran.

2.3. Dusta

Dalam tradisi moral Katolik, terutama hukum dekalog VIII melarang seseorang untuk mengucapkan saksi dusta tentang sesamanya. hal ini dilarang untuk melindungi hidup bersama: lebih dari itu: dusta memasung persoalan kebenaran karena ia bertentangan dengan keyakinan batin dan pengetahuan seseorang.[4] Di film DOUBT, tindakan dusta jelas terlihat dalam diri Suster Aloysius. Suster Aloysius rela berdusta demi membongkar kedok Bapa Flynn. Suster Aloysius dengan sikap yakin mengatakan kepada Bapa Flynn bahwa ia telah menanyakan kehidupan masa lalu Bapa Flynn kepada salah satu suster di paroki yang pernah dipimpinnya. Suster Aloysius melakukan tindakan menyembunyikan fakta kebenaran. Fakta kebenaran itu adalah bahwa ia sebenarnya tidak tahu-menahu tentang kehidupan masa lalu Bapa Flynn. Apa yang dikatakannya itu adalah sebuah kebohongan saja. Ini diakuinya secara jujur kepada Suster James, bahwa ia sama sekali tidak pernah menghubungi biarawati itu. Itu diperbuatnya untuk menekan Bapa Flynn – yang dimaksudkan agar Bapa Flynn mengakui perbuatannya. Memang, Suster Aloysius sebetulnya bermaksud baik, yakni bertujuan menggali kebenaran pada diri Bapa Flynn, tetapi cara yang dipakainya secara moral salah. Tindakan Suster Aloysius ini melawan apa yang dipikirkannya. Kata-kata dusta itu hanya mendatangkan penyesatan – apa yang dikatakan tidak sama dengan fakta sebenarnya. Di sini, Suster Aloysius bertindak tidak setia kepada Tuhan, kepada sesama dan kepada diri sendiri. 

Pada sisi lain, Suster Aloysius tidak hanya bersaksi dusta dengan kata-kata, tetapi juga menyangkut sikap melawan sesama, bersifat asosial dan dapat menghancurkan sesma.[5] Suster Aloysius melancarkan perlawanan terhadap Bapa Flynn dengan gigih. Suster Aloysius tidan berhenti menekan Bapa Flynn. Suster Aloysius terus-menerus mencari bukti untuk menyingkirkan Bapa Flynn. Suster Aloysius sampai-sampai menemui Nyonya Miller, ibu Donald, untuk mencari bukti yang semakin meneguhkan keyakinannya. Sampai pada akhirnya Suster Aloysius berhasil mengusir Bapa Flynn dari paroki Santo Nicholas. Dari yang disebutkan terakhir ini, jelas nampak bahwa Suster Aloysius berdusta lewat sikap melawan Bapa Flynn. Suatu tindakan bersifat asosial. Sebab Suster Aloysius tidak segan-segan menggunakan cara yang kasar, yakni dengan mengusir. Tindakan seperti ini dalam arti tertentu menghancurkan kiprah hidup sosial Bapa Flynn bila kecurigaan tanpa alasan dari Suster Aloysius menyebar di masyarakat luas. 

2.4. Pencemaran nama baik

Nama baik adalah harta sosial, dan karenanya nama baik tidak boleh dicemarkan.[6] Pencemaran nama baik membawa kerugian pribadi dari orang yang bersangkutan. Kerugian itu berkaitan dengan ke-tidak-bisa-an menjalankan tugas publik dan menjalin hubungan sosial secara leluasa. Maka dari itu, jika nama baik seseorang dicemarkan, maka sudah barang tentu keleluasaan seseorang dalam hidup sosialnya diluluhlantakkan. Sebab, penghormatan terhadap dia sudah tidak ada. Tiadanya kehormatan pada diri seseorang berarti juga kehilangan sesuatu yang urgen; yakni martabat: hal yang menjadikan seseorang dipandang sebagai pribadi yang luhur dan mulia. Maka tidaklah mengherankan kalau kehormatan memegang peranan penting eksistensi person di dunia ini.

Adapun hal ini yang nampaknya ingin dikerjakan oleh Suster Aloysius pada Bapa Flynn dalam film DOUBT. Hanya berbekal keyakinan yang ia gengam, Suster Aloysius pun mulai melakukan aksi untuk menghancurkan reputasi atau nama baik Bapa Flynn. Jika keyakinannya itu terbukti benar, maka secara otomatis Bapa Flynn akan teralienasi dari kehidupan sosial. keteralienasian itu menjadikan Bapa Flynn tidak mampu menjalankan tugas publiknya sebagai seorang imam, dan dengan demikian ia tidak dapat dengan leluasa menjalin relasi sosial dengan bebas. Bapa Flynn akan mendapat cap dari khalayak ramai sebagai penjahat. Hal ini, dalam segi tertentu, membunuh kehidupan sosial Bapa Flynn.

 Memang, kita tidak tahu apakah Bapa Flynn melakukan hal yang dituduhkan oleh Suster Aloysius; sementara itu apakah kepergian Bapa Flynn dari Paroki Santo Nicholas memunculkan stigma buruk baginya di kalangan umat setempat. Bila kita lihat dari usaha yang dikerjakan suster Aloysius untuk menjatuhkan reputasi Bapa Flynn membuahkan keberhasilan. Keberhasilan itu ada pada poin umat pasti sikap bertanya-tanya, “Apa sebabnya Bapa Flynn pendah begitu cepat?” Seandainya pertanyaan ini dibiarkan terus-menerus tanpa ada jawaban yang pasti – dan dengan demikian kita bisa bayangkan yang terjadi adalah gosip. Dalam gosip, perkara kebenaran selalu bersifat kelam – tidak jarang menghasilkan justifikasi yang keliru dan generalisasi kesalahan.

Tindakan Suster James juga merupakan bentuk partisipasi dalam pencemaran nama baik. Suster James dikatakan turut berpartisipasi karena ia mengambil bagian dalam pembicaraan dengan Suster Aloysius untuk menjatuhkan reputasi Bapa Flynn. Keterlibatan itu tampak dari laporan yang diutarakannya kepada Suster Aloysius. Laporan yang disampaikannya itu merupakan rupa pembicaraan yang buruk terhadap Bapa Flynn karena hanya didasarkan pada presumsi negatif belaka. Akibatnya, Bapa Flynn semakin dicurigai di satu pihak, dan meyakinkan Suster Aloysius di pihak lain. Oleh karena itu, baik tindakan Suster James maupun Suster Aloysius terkategorikan pelanggaran terhadap kebenaran karena mengatakan sesuatu yang belum pasti tentang Bapa Flynn; pelanggaran terhadap keadilan karena mengabaikan hak Bapa Flynn atas nama baik; dan pelanggaran terhadap cinta kasih karena mendatangkan kerugian bagi kehormatan Bapa Flynn.  

III    Doubt dan Relevansinya

 Dalam film DOUBT, cinta akan kebenaran ditampilkan sebagai sesuatu yang dibunuh keberadaannya; di mana terjadi ketidak-sesuain antara apa yang ada dalam pikiran dan perkataan yang diucapkan. Padahal cinta akan kebenaran adalah keterarahan budi dalam mengakui kebenaran sebagai sebuah nilai yang senantiasa menjadi titik pusat perhatian.[7] Matinya cinta akan kebenaran berarti bukan hanya melemahnya nilai-nilai kehidupan masyarakat, melainkan juga kehilangan syarat elementer untuk hidup manusia.Mengapa bisa demikian? Sebab matinya kebenaran mengisyaratkan ketidak-adaan nilai idiil atau prinsip yang bisa menjadi tuntunan dan sandaran kepercayaan. Akibatnya, kehidupan manusia dan sosial kehilangan syarat elementernya; sehingga hidup lantas disesakkan oleh wajah-wajah tak berbelas kasih dan tak punya hati. Simaklah betapa keadilan negeri ini hanya diuntukkan bagi mereka yang beruang. Di mana, hukum menjadi milik tidak semua warga masyarakat. Buktinya, penjahat-penjahat berpangkat dan berdasi dibiarkan lolos lantaran sogokan uang – dan kalau pun dipenjarakan mereka masih bisa jalan-jalan ke luar negeri seperti dikatakan dalam syair lagu “Andaiku Menjadi Gayus Tambunan”; dan sebaliknya, hukum menjadi kejam terhadap masyarakat akar rumput yang tidak memiliki apa-apa.

Jika manusia sadar bahwa kebenaran adalah nilai tertinggi, maka ia harus terdesak untuk mewujudkan cinta akan kebenaran itu dalam sikapnya. Maka darinya, kebenaran itu akan dicari, dipertahankan, diperdalam dan disebarkan. Senada dengan ini Konsili Vatikan II melihat bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk mencari dan menerima kebenaran sebagai sebuah kewajiban yang utama.[8] Berkenaan dengan hal ini, cinta akan kebenaran mutlak harus diupayakan di satu sisi, dan diteriakkan dengan lantang untuk memerangi aneka ketidakadilan di sisi lain.

 


BAHAN ACUAN

  

Go, Piet, Moral Konkret 2: Kehormatan-Kebenaran-Kesetiaan, diktat, Malang: STFT Widya Sasana, 1980.

Peskche, Karl-Heins, Etika Kristiani Jilid I: Pendasaran Teologi Moral, (terj. Alex Armanjaya, dkk), Maumere: Penerbit Ledalero, 2003. 

--------, Etika Kristiani Jilid III: Kewajiban Moral dalam Hidup Pribadi, (terj. Alex Armanjaya, dkk.), Maumere: Penerbit Ledalero, 2003.








[1] Karl-Heins Peskche, Etika Kristiani Jilid I: Pendasaran Teologi Moral, (terj. Alex Armanjaya, dkk), Maumere: Penerbit Ledalero, 2003. Hlm., 214.

[2] Bdk. Ibid., hlm 217.

[3] Piet Go, Moral Konkret 2: Kehormatan-Kebenaran-Kesetiaan, diktat, Malang: STFT Widya Sasana, 1980, hlm., 22.

[4] Karl-Heins Peskche, Op. cit., hlm., 200.

[5] Piet Go, Op. cit., hlm., 31.

[6] Karl-Heins Pesckhe, Etika Kristiani Jilid III: Kewajiban Moral dalam Hidup Pribadi, (terj. Alex Armanjaya, dkk.), Maumere: Penerbit Ledalero, 2003, hlm., 186.

[7] Ibid., hlm., 191.

[8] bdk. Konsili Vatikan II, Dignitatis Humane art. 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Pembuktian Kebenaran dan Pengandaian Kesalahan (Resensi dan Kajian Moral atas Film DOUBT)   (Oleh: Werenvridus Sadan, dkk)     I  ...