Selasa, 13 Oktober 2015

Kosmologi Yunani dan Pandangan Perjanjian Baru Mengenai Kosmos



KOSMOS TANDA KEAGUNGAN ALLAH
Kosmologi Yunani dan Pandangan Perjanjian Baru Mengenai Kosmos
(Bab III)
Oleh : Werenvridus Sadan, S.S

1.      Pengantar
Selama sekian waktu filsafat alam diidentikkan begitu saja dengan kosmologi. Namun identifikasi semacam ini kiranya sudah kadaluarsa mengingat perkembangan kosmologi sebagai sebuah ilmu tersendiri dalam lingkup pengetahuan ilmiah telah demikian maju dan mendetil. Kosmologi berasal dari bahasa Yunani cosmos dan logos. Secara hurufiah, kosmologi adalah disiplin ilmu tentang kosmos, jagad atau semesta raya. Ditinjau dari sudut pokok bahasan memang ada kemiripan antara kosmologi dan filsafat alam; kedua bidang disiplin ilmu sama-sama menjadikan alam semesta sebagai pokok bahasan.
Setiap bangsa di dunia ini memiliki cara pandang dan cara berinteraksi tersendiri terhadap kosmos. Bahkan dalam setiap bangsa di dunia secara khusus dalam suku-suku bangsa memiliki cara pandang yang berbeda satu sama lain terhadap alam semesta ini. Cara pandang tersebut menyangkut segenap asal-usul semesta dan penciptanya, dan hal ini dilihat pula dari bagaimana proses terbentuknya semesta yang mengagumkan.
Dalam bab iii buku ini diupas cara bangsa Yunani dalam bungkus kosmologi kuno yang menceritakan awal mula terbentuknya alam semesta ini. Selain itu akan dibahas pula bagaimana pandangan dunia Perjanjian Baru dalam menyikapi alam semesta ini terlebih pandangan kosmologi Paulus dan Yohanes.
Perlu penekanan khusus bahwa di Yunani-lah pertama-tama bertemunya dunia akal budi dan dunia iman melebur. Pengalaman Paulus yang mewartakan Kristus seakan menjadi kunci untuk beriman bagi masyarakat Yunani yang amat mengandalkan peranan akal budi dalam segala hal. Penjelasan Paulus mengenai teologi Allah seakan bertentangan dengan kehidupan Yunani yang meletakkan pengalaman rasio di atas segalanya. Bagi mereka segala sesuatu yang tidak bias ditangkap rasio adalah nihil. Paulus membawa pencerahan dan menjelaskan Allah dalam lingkup Yunani yang dibarengi dengan sisi rasionalitas yang membuat keduanya dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat Yunani. Pertautan iman dan akal budi (fides et ratio) melebur seluruh pandangan tradisional Yunani mengenai kosmos.

2.      Kosmologi Yunani
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Yunani mengenai kosmos kerap berhadapan dengan kritik rasionalitas terhadap pengalaman. Kritik rasionalitas tersebut mencoba menggantikan kemapanan dunia mitos. Namun kebijaksanaan Yunani tidak pernah menggantikan mitos tersebut tetapi lebih menjadikannya secara logis dan sistematis serta menginkorporasikannya ke dalam bentuk yang lain.
Para pemikir aliran Ionia pertama mem-basis-kan mitos sebagai tolok ukur alam piker mereka. Thales orang pertama yang menggunakan istilah physis/alam dan ia berpendapat bahwa air adalah sumber segala kehidupan. Anaximander berpendapat bahwa asal mula segala sesuatu ialah yang-tidak terbatas (apeiron). Prinsip ini ditentang oleh Anaximenes yang berpendapat bahwa prinsip segala sesuatu ada pada udara. Udara dapat memunculkan segala sesuatu lewat berbagai tingkatan kondensasi. Phytagoras berpendapat lain. Ia mengemukakan bahwa prinsip segala sesuatu berasal dari angka-angka. Angka dapat membentuk garis, ruang dan volume. Heiraklitos berpendapat bahwa alam semesta ini terjadi dari satu unsur yakni api.
Parmenindes dan Gorgias berpendapat bahwa yang “ada” tidak mungkin lahir dari “ketiadaan”. Mereka menempatkan pengalaman inderawi pada prinsip utama. Empedokles menempatkan keempat unsur (air, udara, tanah, api) berada pada posisi utama. Leukipus lebih melihat kepada atom sebagai yang utama. Keberadaan atom-atom inilah yang membentuk segala sesuatu. Sedangkan Anaxagoras memperkenalkan hubungan sebab akibat yakni inteligensi ilahi yang merupakan sebab terakhir dari segala sesuatu. Kaum shopis terutama Protagoras menjadikan manusia sebagai tolok ukur. Manusia bias meras dingin, panas dan lain sebagainya oleh karena angina yang sama.
Sokrates sebagai tokoh moral menggarisbawahi kebaikan sebagai yang utama. Baginya dalam diri setiap manusia ada unsur religious yang mendorong manusia untuk berbuat baik. Plato memiliki pengaruh besar dalam dunia filsafat Yunani. Ia memperlihatkan peran ‘Sang Tukang” (Demiurgos) yang lebih merupakan seorang artis daripada pencipta yang memasukkan suatu jiwa ke dalam ruang kosong. Dan pada akhirnya ia mendefinisikan kebaikan adalah akhir dari segala sesuatu yang ada.
Aristoteles melalui berbagai refleksi dan pandangan orang-orang terhadapnya memunculkan banyak tafsiran mengenai kosmologinya. Menurut Bouyer sendiri, pandangan Aristoteles mengenai kosmos dapat dilihat dalam lima bahasan pokok yakni: kodrat benda-benda, struktur benda-benda, inteligibilitas perubahan setiap benda, inteligensi ilahi dan materi.
Selanjutnya kaum Stoa atau Mashab Stoa berpendapat bahwa segala sesuatu di dunia ini dianugerahi “kehidupan”. Kehidupan berasal dari kondensasi udara berapi (pneuma) yang pada saat yang sama juga disebut logos. Penuma menjiwai alam semesta dan manusia. Bagi Mashab Stoa, segala kejadian dalam alam berlangsung menurut ketetapan yang tidka dapat dihindari. Namun roh yang ada pada manusia itulah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang rasional. Jiwa kita tidka lain adalah pecahan/fragmen keilahian. Dan akhirnya kaum Stoa/Stoisime, konsep Plato mengenai ide dan konsep Aristoteles mengenai kosmos (pemikiran yang berpikir), digunakan oleh orang Yahudi untuk mendefinisikan kebijaksanaan ilahi. Mereka memahami kebijaksanaan ilahi sebagi objek terakhir dan total dari pikiran Allah terhadap ciptaan dan sejarah keselamatan.

3.      Pandangan Perjanjian Baru mengenai Kosmos
Pandangan Perjanjian baru mengenai kosmos pada hakikatnya bertumpu pada ajaran Yesus. Keempat penginjil menampilakn Yesus secara berlainan. Meskipun demikian dalam ajaran mengenai dunia, kita boleh yakin bahwa pemikiran Yesus yang sampai kepada kita sama dengan yang diberikan kepada para muridNya.
Yesus pertama-tama memperkenalkan Allah sebagai Bapa. Kebapaan ilahi ini menuntut pemisahan total dari segala sesuatu yang bukan Allah. Yesus sendiri adalah refleksi sempurna agape Bapa. Cinta Bapa yang kreatif dan menyelamatkan dimana keadilan dan belas kasih Allah menyatu dan terserap dalam kemurahan hati yang tidak terbayangkan. Bagi Yesus, dunia adalah manifestasi kasih Bapa. Hal ini disampaikan secara menarik lewat perumpamaan Yesus misalnya mengenai keindahan bunga bakung yang melebihi kemegahan pakaian raja Salomo. Hubungan kebapaan hanya dapat ditunjukkan lewat tingkatan intimitas komunikatif terhadap Bapa. Manifestasi kasih Bapa hanya dapat dilihat dari keindahan dunia. Orang mungkin akan keliru menafsirkan seluruh Injil jika hanya menafsirkan Allah yang sama dengan dunia atau mereduksikan Allah menjadi sesama manusia. Sebaiknya segala sesuatu harus dilihat sebagai suatu anugerah yang bermakna bagi kita hanya karena memperlihatkan kehadiran Allah Mahacinta. Yesus digambarkan sebagai Adam baru yang bergerak melawan kejahatan. Hal ini digambarkan lewat situasi “percobaan di padang gurun” dimana kuasa kebapaan lebih kuat daripada bujukkan “penggoda”. Dengan demikian pelayanan dan karya Yesus di dunia lebih tepat apabila digambarkan sebagai suatu tindakan “exorcisme” terhadap dunia jahat/roh jahat.
Kosmologi Paulus dalam Perjanjian Baru mengungkapkan kesadaran sosietas bahwa hakikat organis dari seluruh ciptaan sebagai satu kesatuan. Dimana kesakitan dan penderitaan, kebahagiaan dan harapan berjalan bersama. Dan ini tidak hanya digambarkan dalam keadaan manusia sewaktu kesakitan saat bersalin melainkan menuntut pembebasan umat manusia itu sendiri. Realitas manusia sekarang dideskripsikan kedalam masa perbudakan dan diidentifikasikan ke masa depan sebagai masa pembebasan, penebusan dan kemuliaan.
Kekhasan Paulus dalam menggambarkan kosmos dibarengi dengan daftar musuh Allah sendiri yakni daging. Kehidupan manusia digambarkan sebagai keseluruhan organis baik-buruk oleh karena pertautan insani dan badani. Dunia dikuasai oleh kejahatan. Bagi Paulus pelaku kejahatan utama adalah para malaikat yang jatuh kedalam kesalahan. Manusia yang mengikuti petunjuk para malaikat ini diikutsertakan pula dalam kejahatan. Selanjutnya kedatangan Yesus ke dunia ini sebagai Adam kedua atau terakhir mengambil alih kekuasaan setan/malaikat yang jatuh, dengan kuasa salib dan kebangkitan. Paham demikian disimbolisasikan ke dalam suatu tindakan ekaristis Paulus. Bagi Paulus ekaristi adalah pemuliaan rencana kemenangan Allah lewat salib Kristus. Dari sinilah orang melihat dunia sebagai realitas kebaikan dari Allah atas kemengan salib Kristus. Pandangan dunia sekarang merupakan pancaran kebijaksanaan ilahi yang diekspresikan oleh Putera.
Dalam kosmologi Yohanes dunia dicirikan ke dalam dua pandangan yang berbeda yakni: ciri pertama; seluruh sejarah dunia diwahyukan dalam sejarah Kristus antara konflik terang-gelap. Sedangkan dalam ciri kedua; terjadi kontradiktoris antara mencintai/mengasihi dunia (Yoh 3:16) dengan membenci dunia (1 Yoh 2:15). Kontradiksi antara kedua pandangan ini dapat didamaikan bila kita melihat pandangan Yohanes akan dunia secara holistis/menyeluruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Pembuktian Kebenaran dan Pengandaian Kesalahan (Resensi dan Kajian Moral atas Film DOUBT)   (Oleh: Werenvridus Sadan, dkk)     I  ...